Seorang perwira senior militer Prancis yang ditempatkan di pangkalan NATO telah didakwa dan ditahan. Perwira itu ditahan karena dicurigai menjadi mata-mata Rusia.
Seperti dilansir AFP, Senin (31/8/2020) laporan tersebut setidaknya sebagian dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.
Perwira militer Prancis itu ditempatkan di luar negeri, kata sumber resmi yang mengkonfirmasi rincian dari radio Europe 1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan itu, tentara itu ditempatkan di pangkalan NATO di Italia dan dicurigai melakukan spionase atas nama Rusia.
Pemerintah Prancis mengaku sedang menyelidiki seorang perwira militer senior atas "pelanggaran keamanan".
"Yang dapat saya konfirmasikan adalah bahwa seorang perwira senior menghadapi proses hukum atas pelanggaran keamanan," kata Parly kepada radio Europe 1, CNews dan surat kabar Les Echos.
Dia menambahkan bahwa otoritas Prancis telah mengambil "semua langkah perlindungan yang diperlukan" untuk memastikan bahwa sistem peradilan sekarang dapat melakukan tugasnya tanpa mengorbankan rahasia negara.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara itu, Kementerian angkatan bersenjata Prancis mengatakan pihaknya telah menawarkan "kerja sama penuh" tentang masalah tersebut kepada otoritas kehakiman.
Sumber hukum mengatakan, perwira itu telah didakwa dan ditahan atas tuduhan yang melibatkan "intelijen dengan kekuatan asing yang merusak kepentingan fundamental bangsa".
Dia dituntut karena "menyampaikan informasi kepada kekuatan asing", "mengumpulkan informasi yang merugikan kepentingan fundamental bangsa dengan maksud untuk menyampaikannya kepada kekuatan asing" dan "membahayakan kerahasiaan pertahanan nasional", kata sumber itu.
Europe 1 melaporkan bahwa perwira itu adalah seorang letnan kolonel yang ditempatkan NATO di Italia.
Dia berbicara bahasa Rusia dan terlihat di Italia dengan seorang pria yang diidentifikasi sebagai agen GRU, dinas intelijen militer Rusia, kata laporan itu.
Sebelumnya, pada bulan Juli, dua mantan mata-mata Prancis ditangkap setelah dituduh memberikan informasi rahasia ke China, menyoroti apa yang para ahli lihat sebagai dorongan Beijing untuk mengembangkan kemampuan intelijen luar negerinya.