Ribuan Orang Berkumpul di Washington DC Mengecam Rasisme

Ribuan Orang Berkumpul di Washington DC Mengecam Rasisme

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 29 Agu 2020 08:19 WIB
People walk on Pennsylvania Avenue during the March on Washington, Friday Aug. 28, 2020, on the 57th anniversary of the Rev. Martin Luther King Jr.s I Have A Dream speech. (AP Photo/Jose Luis Magana)
Aksi warga mengecam ketidakadilan rasial di AS (AP Photo/Jose Luis Magana)
Washington DC -

Ribuan orang berkumpul di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Jumat (28/8) untuk memperingati gerakan hak sipil tahun 1963 saat tokoh hak sipil Martin Luther King Jr menyampaikan pidato bersejarah 'I Have a Dream'. Peringatan kali ini diwarnai oleh seruan mengecam praktik rasisme yang masih marak di AS.

Seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Sabtu (29/8/2020), keluarga para korban penembakan brutal di AS yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato di Lincoln Memorial. Salah satunya adalah ayah Jacob Blake, pria kulit hitam yang ditembak berkali-kali oleh polisi di Kenosha, Wisconsin.

Ditegaskan oleh ayah Blake, yang bernama Jacob Blake Sr, bahwa saat ini ada dua sistem peradilan yang diterapkan di AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada dua sistem peradilan di Amerika Serikat. Ada sistem putih dan ada sistem hitam -- sistem hitam tidak bekerja dengan baik," cetus ayah Blake saat berbicara di depan massa yang memenuhi Lincoln Memorial di Washington DC.

"Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian!" tegasnya.

ADVERTISEMENT

Saudara laki-laki George Floyd, pria kulit hitam yang tewas dicekik oleh lutut polisi kulit putih di Minnesota, juga ikut memberikan pidatonya. Philonise Floyd sempat tak kuasa menahan emosi saat dia menyampaikan pernyataannya di hadapan massa.

"Saya harap George ada di sini untuk melihat ini," ucap Philonise.

Selain keluarga Blake dan Floyd, hadir juga keluarga dari warga kulit hitam lainnya yang menjadi korban penembakan brutal, seperti keluarga Breonna Taylor, Rayshard Brooks, Ahmaud Arbery, Trayvon Martin dan Eric Garner. Arbery dan Martin sama-sama tewas di tangan pria kulit putih yang mengejar mereka dengan senjata api dan baru ditangkap setelah ada unjuk rasa publik.

Meskipun pandemi virus Corona (COVID-19) masih merajalela di AS, banyak warga yang merasa tergerak untuk ikut hadir dalam gerakan sipil untuk melawan kebrutalan polisi dan aksi kekerasan atau main hakim sendiri yang kebanyakan diwarnai oleh motif rasisme.

Penyelenggara aksi ini tetap memberlakukan protokol Corona, dengan mereka yang hadir harus diperiksa suhu tubuhnya dan diimbau untuk mematuhi aturan social distancing dan tetap memakai masker sepanjang acara. Meskipun pada praktiknya, menjaga jarak sulit dilakukan di tengah kerumunan banyak orang.

Pihak penyelenggara menjelaskan bahwa tujuan dari acara peringatan ini adalah menunjukkan seberapa mendesaknya reformasi kepolisian, pengecaman kekerasan rasialisme dan untuk menuntut perlindungan hak pemilih menjelang pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) November mendatang.

Aksi massa pada Jumat (28/8) ini tercatat sebagai pertemuan terbesar di Washington sejak pandemi Corona muncul. Aksi-aksi serupa digelar di wilayah-wilayah lainnya, seperti South Carolina, Florida, Nevada, Utah dan Colorado.

Warga sempat melakukan long-march dari Lincoln Memorial menuju ke Martin Luther King Memorial. Para aktivis dan politikus, termasuk calon Wakil Presiden (cawapres) AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, ikut memberikan pidatonya via video-conference. Joe Biden, calon Presiden (capres) AS dari Partai Demokrat, atau pasangan Harris, juga menyatakan dukungan untuk acara ini via akun Twitternya.

Presiden AS, Donald Trump, tidak mengomentari acara ini. Namun Komisi Nasional Partai Republik turut memperingati gerakan hak sipil tahun 1963 dengan menyoroti rekam jejak Trump sebagai 'pejuang bagi komunitas warga kulit hitam'.

Halaman 2 dari 2
(nvc/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads