Ribuan warga Palestina menggelar aksi protes di Tepi Barat terhadap pengumuman pekan lalu bahwa Israel menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Anggota kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, dan rivalnya, faksi Fatah dari Otoritas Palestina yang berpusat di Tepi Barat, ikut serta dalam unjuk rasa yang berlangsung pada Rabu (19/8) waktu setempat tersebut.
"Hari ini kami memberitahu dunia bahwa kami bersatu melawan 'kesepakatan abad ini', aneksasi dan normalisasi," kata Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh di depan massa pengunjuk rasa di desa Turmus'ayya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman mengejutkan pekan lalu bahwa Israel dan UEA yang kaya energi akan menormalisasi hubungan, memicu kemarahan di kalangan warga Palestina, dengan Hamas dan kepemimpinan Otoritas Palestina mengecam perjanjian yang dimediasi Amerika Serikat itu.
Berdasarkan kesepakatan itu, Israel mengatakan akan "menangguhkan" rencananya untuk mencaplok permukiman Yahudi dan wilayah lain di Tepi Barat.
Rencana aneksasi tersebut diuraikan dalam proposal perdamaian Timur Tengah yang kontroversial yang diresmikan pada bulan Januari oleh Presiden AS Donald Trump, yang oleh beberapa orang Palestina dengan sinis dijuluki 'Kesepakatan Abad Ini'.
"Setiap normalisasi melegitimasi pendudukan wilayah Palestina," kata Shtayyeh. "Itu tusukan di belakang," imbuhnya.
Sekitar 2.000 warga Palestina ikut serta dalam unjuk rasa di Turmus'ayya, sebuah desa di utara Tepi Barat yang terletak di antara kota Ramallah dan Nablus. Mereka pergi ke sana dengan bus dari daerah-daerah lain di Tepi Barat dan bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan pasukan Israel di pinggiran desa.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke pasukan Israel yang merespons dengan gas air mata. Sebelumnya di hari yang sama, ratusan warga Palestina menggelar protes di Jalur Gaza untuk mengecam kesepakatan UEA-Israel.
Simak juga video 'Iran Kecam Perjanjian Damai UEA-Israel':