Tudingan Peretasan dari China agar Trump Tak Dapat Suara

Round-Up

Tudingan Peretasan dari China agar Trump Tak Dapat Suara

Tim detikcom - detikNews
Senin, 10 Agu 2020 21:33 WIB
President Donald Trump speaks during his campaign rally at BOK Center in Tulsa, Okla., Saturday, June 20, 2020. (Ian Maule/Tulsa World via AP)
Foto: Donald Trum berkampanye di Tulsa (Ian Maule/Tulsa World via AP)
Washington DC -

Para peretas dari China dituding menargetkan infrastruktur pemilihan umum (pemilu) AS. Mereka disebut ingin membuat Donald Trump tak memperoleh suara dalam Pilpres AS.

Tudingan itu disampaikan oleh penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Robert O'Brien. O'Brien menilai tujuan peretas ialah agar Trump tak punya suara di Pilpres November 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir Reuters, Senin (10/8/2020), pernyataan O'Brien itu mengindikasikan tuduhan campur tangan lebih aktif dari China terhadap pilpres AS. Pernyataan itu disampaikan O'Brien dalam wawancara dengan program 'Face the Nation' pada saluran televisi CBS pada Minggu (9/8) waktu setempat.

ADVERTISEMENT

"Mereka ingin melihat Presiden (Donald Trump-red) kalah," ucap O'Brien dalam program televisi itu, merujuk pada China.

"China -- seperti Rusia, seperti Iran -- mereka terlibat dalam serangan siber dan phishing dan hal semacam itu sehubungan dengan infrastruktur pemilu kita, terkait dengan situs-situs dan semacamnya," cetusnya.

Pernyataan O'Brien kepada CBS itu berbeda dengan pernyataan yang dirilis Kantor Direktur Intelijen Nasional AS (ODNI) pada Jumat (7/8) lalu. ODNI dalam pernyataannya menyebut China 'telah memperluas upaya-upaya mempengaruhi' dan Rusia telah berupaya melemahkan kandidat calon presiden Partai Demokrat, Joe Biden. Namun ODNI tidak secara spesifik menuduh China melakukan upaya peretasan terhadap sistem pemilu AS.

China secara konsisten menyangkal klaim-klaim pemerintah AS bahwa mereka meretas perusahaan AS, politikus atau badan pemerintahan AS. "Pemilihan presiden AS merupakan urusan dalam negeri, kami tidak tertarik untuk turut campur di dalamnya," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, pada April lalu.

Dalam pernyataannya, O'Brien menyebut AS telah melihat para peretas berupaya menyusup ke dalam situs milik kantor Kementerian Luar Negeri AS di berbagai wilayah, yang bertanggung jawab menggelar pilpres di level lokal, dan mengumpulkan data warga AS.

"Ini adalah masalah yang nyata dan ini bukan hanya Rusia," tegasnya. "Akan ada konsekuensi besar bagi negara manapun yang berupaya mencampuri pemilu kita yang bebas dan adil," imbuh O'Brien.

Dewan Keamanan Nasional belum menanggapi laporan ini. Sementara pihak ODNI menolak untuk berkomentar lebih lanjut.

Namun sebelumnya ODNI mengatakan bahwa 'musuh-musuh' berupaya mengganggu komunikasi privat antara para kandidat politik AS dan berupaya menembus sistem pemilu AS menjelang pilpres November mendatang. Disebutkan juga oleh ODNI bahwa China lebih memilih Trump tidak kembali menang pilpres AS.

Berbagai analisis dari badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia melakukan tindakan-tindakan untuk meningkatkan kampanye Trump dalam pilpres 2016 lalu dan melemahkan peluang rival Trump, Hillary Clinton, pada saat itu.

Halaman 2 dari 2
(rdp/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads