Peringatan soal Amonium Nitrat Diabaikan Berujung Ledakan

Round-Up

Peringatan soal Amonium Nitrat Diabaikan Berujung Ledakan

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 07 Agu 2020 05:56 WIB
Lebanon: Yang diketahui sejauh ini soal ledakan Beirut
Foto: Ledakan di Beirut (BBC World)
Beirut -

Kumpulan amonium nitrat di gudang pelabuhan diduga menjadi biang kerok ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon. Ternyata, penyimpanan zat berbahaya ini sudah pernah mendapatkan peringatan. Namun, peringatan itu tak dihiraukan.

Seperti dilansir CNN, Kamis (6/8/2020), dokumen-dokumen yang diamati CNN mengungkapkan bahwa muatan 2.750 ton amonium nitrat itu dibawa sebuah kapal milik Rusia, MV Rhosus, yang berlabuh di Beirut tahun 2013 lalu. Kapal tersebut hendak berlayar ke Mozambik, namun berhenti di Beirut karena kesulitan finansial yang memicu protes di kalangan awak kapal asal Rusia dan Ukraina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh otoritas pelabuhan Beirut, MV Rhosus kemudian ditahan karena 'pelanggaran berat dalam operasional kapal', tidak membayar biaya kepada otoritas pelabuhan dan karena ada pengaduan dari awak kapal yang tidak pernah dibayar upahnya. Kapal itu tidak pernah melanjutkan pelayarannya ke Mozambik dan tertahan di Beirut selama berbulan-bulan, hingga para awak kapal dipulangkan ke negara asal mereka.

ADVERTISEMENT

Otoritas pelabuhan Beirut tidak mengizinkan muatan amonium nitrat di dalam MV Rhosus untuk diturunkan dari kapal atau dipindahkan ke kapal lain. Tahun 2014, Mikhail Voytenko, yang mengelola publikasi online yang melacak aktivitas maritim, bahkan sempat menyebut MV Rhosus sebagai 'bom terapung'.

Namun menurut percakapan email antara kapten kapal MV Rhosus, Boris Prokoshev, dengan seorang pengacara berbasis Beirut, Charbel Dagher, yang mewakili para awak kapal, muatan amonium nitrat dalam kapal diturunkan di pelabuhan Beirut pada November 2014 dan disimpan di sebuah hanggar di pelabuhan.

Muatan berbahaya itu tetap disimpan di hanggar selama enam tahun, meskipun ada peringatan dari Direktur Bea Cukai Lebanon, Badri Daher, soal 'bahaya ekstrem' muatan itu. Dokumen pengadilan yang didapatkan CNN melalui pengacara HAM Lebanon, Wadih Al-Asmar, mengungkapkan bahwa Daher dan pejabat pendahulunya, Chafic Merhi, berulang kali, sejak tahun 2014, meminta bantuan pengadilan Beirut untuk memindahkan amonium nitrat itu.

"Dalam memo kami 19320/2014 tertanggal 5/12/2014 dan 5/6/2015 ... kami meminta agar Yang Mulia memerintahkan Otoritas Pelabuhan yang bertanggung jawab untuk mengekspor kembali Amonium Nitrat yang disita dari kapal Rhosus dan ditempatkan di dalam hanggar Bea Cukai nomor 12 di pelabuhan Beirut," tulis Daher tahun 2017 lalu.

Tonton video 'Ledakan di Lebanon Tinggalkan Kawah yang Menganga':

[Gambas:Video 20detik]



Pada titik tertentu, menurut dokumen pengadilan, Daher bahkan menawarkan untuk menjual muatan amonium nitrat itu kepada militer Lebanon, namun tetap gagal. Pada Rabu (5/8) waktu setempat, Daher mengonfirmasi kepada CNN bahwa kantornya mengirimkan 'total enam surat kepada otoritas legal' namun otoritas yang bersangkutan tidak pernah merespons surat-suratnya.

"Otoritas Pelabuhan tidak seharusnya mengizinkan kapal untuk menurunkan muatan zat kimia ke dalam pelabuhan. Zat kimia itu awalnya dikirim ke Mozambik, bukan Lebanon," tegas Daher.

Peringatan untuk memindahkan muatan amonium nitrat itu juga tertuang dalam surat Merhi -- Direktur Bea Cukai Lebanon sebelum Daher -- tahun 2016 lalu.

"Karena bahaya ekstrem yang diberikan oleh barang-barang yang disimpan dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami menegaskan permintaan kami kepada Otoritas Pelabuhan untuk mengekspor kembali barang-barang ini dengan segera demi menjaga keselamatan pelabuhan dan orang-orang yang bekerja di dalamnya," tulis Merhi dalam surat tahun 2016 kepada hakim setempat yang menangani kasus ini.

Pada Rabu (5/8) waktu setempat, Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut, Hassan Kraytem, menuturkan kepada televisi lokal, OTV, bahwa muatan berbahaya disimpan di gudang pelabuhan sesuai perintah pengadilan.

"Kami menyimpan material di gudang nomor 12 di pelabuhan Beirut sesuai dengan perintah pengadilan. Kami tahu bahwa mereka material berbahaya, tapi tidak sejauh itu," ucap Kraytem dalam penjelasannya.

Kraytem juga menyebut bahwa masalah pemindahan material eksplosif dibahas oleh Otoritas Bea Cukai dan Keamanan Negara, tapi persoalannya belum 'selesai'. "Bea Cukai dan Keamanan Negara mengirimkan surat-surat (kepada otoritas terkait) meminta untuk memindahkan atau mengekspor kembali material eksplosif enam tahun lalu, dan kami menunggu sejak saat itu untuk menyelesaikan masalah ini diselesaikan, tapi tidak berhasil," ujarnya.

Menurut Krayetm, aktivitas pemeliharaan dilakukan pada pintu gudang beberapa jam sebelum ledakan dahsyat terjadi. "Kami diminta untuk memperbaiki sebuah pintu gudang oleh Otoritas Keamanan Negara dan kami melakukan itu pada siang hari, tapi apa yang terjadi pada sore harinya saya tidak tahu," tandasnya.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, sebelumnya menyebut ledakan dahsyat pada Selasa (4/8) waktu setempat disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat, yang disimpan selama 6 tahun di gudang pelabuhan tanpa langkah-langkah pengamanan, sehingga 'membahayakan keselamatan warga'.

Sedikitnya 135 orang tewas dan sekitar 5 ribu orang lainnya luka-luka akibat ledakan dahsyat tersebut.

Laporan terbaru menyebut pejabat pelabuhan Beirut yang mengawasi penyimpanan amonium nitrat sejak tahun 2014 ditetapkan sebagai tahanan rumah. Hal ini dilakukan otoritas Lebanon hingga ditemukan pihak yang bertanggungjawab atas ledakan dahsyat tersebut. Tidak diketahui secara jelas ada berapa pejabat yang akan ditetapkan sebagai tahanan rumah.

Seperti dilansir AFP, Rabu (5/8/2020), ledakan yang disebabkan zat ini pernah terjadi di pabrik pupuk Texas, Amerika Serikat (AS) pada tahun 2013 yang menewaskan 15 dan disengaja, dan terjadi di sebuah pabrik kimia di Toulouse, Prancis pada 2001 yang menewaskan 31 orang tetapi tidak disengaja.

Untuk diketahui, ketika dikombinasikan dengan bahan bakar minyak, amonium nitrat menciptakan peledak kuat yang banyak digunakan oleh industri konstruksi, tetapi juga oleh kelompok pemberontak seperti Taliban untuk bahan peledak improvisasi.

Zat itu juga merupakan komponen dalam bom di balik serangan Kota Oklahoma tahun 1995.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads