Peneliti Harvard Dorong AS Pakai Tes Corona Kualitas Murah

Peneliti Harvard Dorong AS Pakai Tes Corona Kualitas Murah

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Selasa, 04 Agu 2020 13:16 WIB
Peneliti Harvard mendorong tes Corona murah di AS (AFP Photo)
Foto: Peneliti Harvard mendorong tes Corona murah di AS (AFP Photo)
Washington DC -

Pengujian Corona di Amerika Serikat (AS) semakin tidak memadai untuk mendeteksi virus. Para peneliti pun menyerukan tes cepat yang harganya hanya sekitar 1 dolar AS masing-masing, dan yang mungkin tidak seakurat tetapi dapat diujikan beberapa kali dalam seminggu ke seluruh populasi.

Seperti dilansir AFP, Senin (4/8/2020) Michael Mina, asisten profesor epidemiologi di Universitas Harvard, selama berminggu-minggu telah mendorong apa yang disebutnya tes "kualitas jelek".

Idenya adalah untuk menjauh dari tes molekuler presisi tinggi saat ini, yang dikenal sebagai tes PCR, yang masih langka di sebagian besar negara. Selain itu, orang juga sering harus menunggu berjam-jam untuk menyelesaikan tes ini, dan kemudian harus menunggu berhari-hari - atau hingga seminggu - untuk hasilnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Dia telah meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) untuk mengizinkan penjualan alat tes cepat (rapid test) yang dapat dilakukan di rumah menggunakan selembar kertas yang berubah warna dalam 15 menit untuk memberikan hasil, mirip dengan tes kehamilan.

Tes-tes ini memiliki sensitivitas rendah, yang berarti mereka kehilangan banyak hasil positif, dan karenanya memberikan banyak "positif palsu".

Namun bagi Mina dan para ahli lainnya, strategi seperti itu akan lebih efektif dalam hal kesehatan masyarakat. Sebab di seluruh populasi, jumlah kasus yang diidentifikasi akan lebih tinggi daripada di bawah sistem saat ini.

Tes cepat cenderung bagus dalam mendeteksi orang yang memaparkan sejumlah besar virus, yaitu ketika mereka lebih menular, tepat di awal. Sedangkan tes PCR sangat sensitif dan dapat mendeteksi bahkan konsentrasi kecil dari virus, ketika orang tidak lagi menularkan virus.

"Kami sangat fokus pada tes mahal kelas atas sehingga kami tidak menguji siapa pun," kata Mina dalam podcast "This Week in Virology.".

"Mungkin kita hanya perlu tes yang benar-benar jelek," sambungnya.

Menurut Mina, dengan tes jelek ini, yang dites akan lebih banyak. Virus Corona juga akan semakin cepat terdeteksi.

"Jika cukup murah untuk menggunakannya sangat sering, maka jika itu tidak mendeteksi kurang dari lima persen orang ketika mereka mentransmisikan, mungkin ia mendeteksi 85 persen orang ketika mereka mentransmisikan. Dan itu adalah kemenangan besar atas apa yang kita miliki sekarang," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Institut Kesehatan Global Harvard, Ashish Jha, menyinggung masalah ini pada hari Senin (3/8).

"Itu sebenarnya bukan tes jelek," katanya kepada wartawan. "Dalam keadaan tertentu mereka tidak begitu sensitif ketika Anda memiliki jumlah virus yang sangat rendah, dan Anda tidak melakukan banyak penyebaran. Tetapi ketika Anda benar-benar sangat menular, Anda memiliki sejumlah besar virus di tenggorokan Anda di tempat lain dan tes menjadi jauh, jauh lebih baik," katanya.

"Dari sudut pandang epidemiologi, saat itulah Anda ingin menangkap orang. Anda ingin mendapatkannya saat mereka menular," katanya.

FDA masih belum mengesahkan penjualan salah satu tes strip kertas, yang biayanya antara satu dan lima dolar.

Halaman 2 dari 2
(rdp/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads