Di seluruh dunia, pasien Corona (COVID-19) dibiarkan meninggal dunia sendirian dalam sepi karena keluarga dilarang mengunjungi mereka di rumah sakit karena takut tertular Corona. Namun hal ini tak berlaku di Chile.
Seperti dilansir AFP, Selasa (28/7/2020) di Chile, unit khusus telah didirikan di mana anggota keluarga dan orang tercinta dapat mengucapkan selamat tinggal bahkan di dalam rumah sakit umum, di mana virus itu merebak.
"Semua orang meninggalkan keluarga dan kami berusaha mengenal setiap orang pada waktu yang kami miliki," kata Natalia Ojeda, seorang dokter spesialis perawatan paliatif di rumah sakit Barros Luco di Santiago, kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah sakit ini adalah salah satu yang paling terdampak Corona di Chile, di mana lebih dari 9.000 orang telah meninggal dunia karena COVID-19 dan ada 340.000 kasus di antara 18 juta populasi negara itu.
Selama dua bulan ini, rutinitas kerja yang intens telah mendorong Ojeda dan rekannya Moyra Lopez sampai mencapai batas mereka.
"Sebelum pandemi kami terbiasa dengan pasien yang sekarat tetapi di rumah mereka, dikelilingi oleh keluarga mereka - kematian yang sangat berbeda dengan apa yang kami lihat pada COVID-19," kata Lopez.
Sekitar 60 orang wafat di unit yang didirikan di rumah sakit Barros Luco tempat kedua dokter itu bekerja.
Lebih dari setengahnya dikunjungi oleh anggota keluarga dan yang lainnya meninggal dunia setelah melakukan video call dengan kerabat dekat mereka.
Tonton video 'WHO Beberkan Negara Berhasil Kendalikan Covid-19, RI Tak Disebut':
Lopez membawa tablet yang dipakai untuk menyampaikan pesan audio atau video seperti "terima kasih, Ayah untuk semuanya, istirahat sekarang,".
Unit ini memiliki ruang dengan jendela yang memungkinkan cahaya alami. Unit ini didirikan di tengah-tengah kepanikan kasus Corona.
Baik Ojeda dan Lopez mengatakan bahwa setelah mendengar tentang pasien Corona yang meninggal dunia sendirian di Eropa dan China, manajemen rumah sakit pun membuat prioritas dengan menyediakan staf yang mengkhususkan diri membantu mengurangi rasa sakit pasien yang menjelang ajal.
"Minggu terakhir Juni adalah minggu puncak, bangsal kami terus-menerus penuh," kata Ojeda sembari menangis.
"Setiap kematian adalah unik dan merupakan pengalaman yang berbeda," sambungnya.