Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengklaim kebijakan sejak awal yang diterapkan pemerintahannya berhasil mencegah sedikitnya 1,3 juta hingga 3,5 juta kasus virus Corona (COVID-19). Kebijakan ketat mulai diberlakukan di Filipina sejak negara ini pertama kali mendeteksi kasus penularan lokal di wilayahnya pada Maret lalu.
Seperti dilansir Reuters, Senin (27/7/2020), klaim itu disampaikan Duterte saat menyampaikan pidato tahunan pada Senin (27/7) waktu setempat. Disebutkan Duterte bahwa lockdown ketat yang diterapkan di Filipina mampu menjaga laju penularan virus Corona tetap terkendali, namun dia mengakui bahwa pemerintah Filipina lamban dalam menjalankan program tes Corona.
Lockdown ketat yang diterapkan di Filipina, khususnya di ibu kota Manila dan sekitarnya, tercatat sebagai salah lockdown Corona terlama dan paling ketat di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya, bahkan jika angkanya jauh lebih rendah, itu tetap dan akan sebanding dengan pengorbanan pantas yang kita buat," kata Duterte dalam pidatonya.
"Nyawa menjadi yang pertama sebelum segalanya," tegas Duterte. "Kita pada awalnya menghadapi kesulitan dalam meningkatkan kapasitas pemeriksaan (virus Corona) kita," imbuhnya.
Lebih lanjut, Duterte menegaskan dirinya masih belum akan mengizinkan sekolah-sekolah untuk membuka kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka hingga ada vaksin Corona yang tersedia. Dia sebelumnya menyatakan keyakinan bahwa ada vaksin Corona yang siap paling cepat September mendatang.
Diungkapkan Duterte bahwa dirinya telah meminta Presiden China, Xi Jinping, sekitar 4 hari lalu untuk menjadikan Filipina sebagai prioritas utama begitu China berhasil mengembangkan vaksin Corona.
"Saya mengajukan permohonan kepada Presiden Xi jika mereka memiliki vaksin, dapatkah mereka mengizinkan kita untuk menjadi yang pertama ... agar kita bisa melakukan normalisasi secepat mungkin," tuturnya.
Saat Duterte berpidato, total 82.040 kasus Corona terkonfirmasi di Filipina, dengan 1.945 kematian.
(nvc/ita)