Seorang Warga Negara Singapura di AS Ngaku Salah Kerja untuk Intelijen China

Seorang Warga Negara Singapura di AS Ngaku Salah Kerja untuk Intelijen China

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Sabtu, 25 Jul 2020 01:39 WIB
Tensi AS-China meninggi, AS menahan tiga orang ilmuwan militer China terkait kecurangan visa
Foto: Ilustrasi (BBC World)
Washington -

Seorang warga negara Singapura mengaku bersalah karena menggunakan konsultasi politiknya di Amerika Serikat (AS) sebagai pengumpul informasi untuk intelijen China. Warga negara Singapura itu bernama Jun Wei Yeo yang bekerja untuk intelijen China.

Seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (24/7/2020), Jun Wei Yeo, juga dikenal sebagai Dickson Yeo, mengajukan pembelaannya di pengadilan federal, di Washington, dengan tuduhan beroperasi secara ilegal sebagai agen asing.

Dalam pembelaannya, Yeo mengaku bekerja antara 2015 dan 2019 untuk intelijen China "untuk melihat dan menilai orang Amerika dengan akses ke informasi non-publik yang berharga, termasuk militer AS dan pegawai pemerintah dengan izin keamanan tingkat tinggi."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yeo disebut membayar sebagian dari orang-orang itu untuk menulis laporan yang seolah-olah untuk kliennya di Asia, tetapi malah dikirim ke pemerintah China.

Permohonan bersalah Yeo diumumkan beberapa hari setelah AS memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston, menandainya sebagai pusat kegiatan mata-mata dan operasi untuk mencuri teknologi dan kekayaan intelektual AS.

ADVERTISEMENT

AS juga telah menangkap empat akademisi China dalam beberapa pekan terakhir, menuduh mereka berbohong menggunakan aplikasi visa tentang hubungan mereka dengan Tentara Pembebasan Rakyat.

Dalam "pernyataan fakta" yang diajukan ke pengadilan dan ditandatangani oleh Yeo, ia mengakui bahwa ia sepenuhnya sadar bahwa ia bekerja untuk intelijen China, bertemu agen puluhan kali dan diberikan perlakuan khusus ketika ia bepergian ke China.

Pembelaan itu dikeluarkan lima minggu setelah dakwaan Yeo ditutup, secara samar menuduhnya bertindak ilegal sebagai agen pemerintah asing.

Dia ditangkap setelah terbang ke AS pada November 2019. Yeo direkrut oleh intelijen China sambil bekerja sebagai akademisi di National University of Singapore.

Dia telah meneliti dan menulis tentang inisiatif "Belt and Road" China untuk memperluas jaringan komersial globalnya. Menurut halaman LinkedIn-nya, ia bekerja sebagai analis risiko politik yang berfokus pada China dan negara-negara ASEAN, dengan mengatakan ia "menjembatani Amerika Utara dengan Beijing, Tokyo, dan Asia Tenggara."

Di AS, Yeo diarahkan oleh intelijen China untuk membuka konsultasi palsu dan menawarkan pekerjaan. Dia menerima lebih dari 400 resume, 90% di antaranya berasal dari militer AS atau personel pemerintah dengan izin keamanan.

Dia mengatakan telah merekrut sejumlah orang untuk bekerja dengannya, menargetkan mereka yang mengaku kesulitan keuangan.

Mereka termasuk seorang warga sipil yang bekerja pada proyek pesawat tempur siluman F-35B Air Force, seorang perwira militer Pentagon dengan pengalaman di Afghanistan, dan seorang pejabat Departemen Luar Negeri, yang semuanya dibayar sebanyak 2.000 USD untuk menulis laporan kepada Yeo.

"(Yeo) menggunakan situs jejaring karier dan perusahaan konsultan palsu untuk memikat orang Amerika yang mungkin menarik bagi pemerintah China," kata Asisten Jaksa Agung, John Demers dalam sebuah pernyataan.

"Ini adalah contoh lain dari eksploitasi pemerintah China terhadap keterbukaan masyarakat Amerika," katanya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads