Sungai Yangtze Meluap, Nyaris 15 Juta Warga China Mengungsi

Sungai Yangtze Meluap, Nyaris 15 Juta Warga China Mengungsi

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 17 Jul 2020 17:00 WIB
A woman pushes a makeshift raft down a flooded alleyway in a village in Yongxiu in central eastern Chinas Jiangxi province, Thursday, July 16, 2020. Engorged with more heavy rains, Chinas mighty Yangtze River is cresting again, bringing fears of further destruction. (Chinatopix via AP)
Seorang warga China menggunakan rakit di tengah banjir yang menggenangi area permukiman (Chinatopix via AP)
Beijing -

Sebagian besar wilayah China terendam banjir terburuk dalam beberapa dekade terakhir, setelah Sungai Yangtze meluap. Warga menggunakan perahu dan rakit untuk menyelamatkan diri dari banjir yang menggenangi area permukiman.

Seperti dilansir AFP, Jumat (17/7/2020), hujan deras yang mengguyur sejak Juni telah memicu banjir luas yang menewaskan sedikitnya 141 orang di berbagai wilayah China. Nyaris 15 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah masing-masing akibat banjir -- angka ini tercatat sepanjang bulan Juli ini.

Seorang fotografer AFP yang menyusuri wilayah Jiangxi bagian tengah yang dilanda banjir, melaporkan bahwa banjir merendam sebagian desa dan kota di wilayah tersebut, saat petugas penyelamat berjuang untuk memperbaiki tanggul saat prakiraan cuaca menyebut banjir masih akan mengguyur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketinggian air di lebih dari 400 sungai dilaporkan telah melewati level peringatan. Sementara beberapa sungai mencapai ketinggian bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Otoritas setempat menyebut banjir ini dipicu oleh curah hujan tertinggi di area lembah Sungai Yangtze sejak tahun 1961 silam.

Hujan musim panas dan melelehnya gletser musiman di hulu dataran tinggi Tibet telah menyebabkan banjir tahunan.

ADVERTISEMENT

Otoritas setempat secara khusus khawatir dengan Danau Poyang -- danau air tawar terbesar di China -- yang ada di Provinsi Jiangxi yang terdampak parah oleh banjir. Ketinggian air di danau itu mencapai ketinggian bersejarah, yang memicu pengerahan lebih dari 100 ribu tentara dan petugas penyelamat untuk menyelamatkan warga, serta memperbaiki tanggul.

Disebutkan otoritas setempat bahwa hujan yang terus mengguyur di area hulu memicu 'peningkatan aliran dengan cepat' ke bendungan yang disebut Three Gorges Dam. Pemerintah menyatakan bahwa bendungan itu mampu menahan beban air yang meningkat.

Meskipun para pecinta lingkungan mengecam bendungan itu karena mengganggu ekologi sungai dan memaksa jutaan warga direlokasi. Para pengkritik menyebut ancaman banjir musim panas semakin memburuk dalam beberapa dekade karena adanya pembangunan yang berlebihan dan kebijakan pemeliharaan air yang buruk, seperti pembangunan bendungan dan tanggul yang keliru.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads