Kim Yo-Jong, adik pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un, menegaskan 'tidak perlu' digelar pertemuan lain dengan Amerika Serikat (AS). Dia menyatakan pertemuan tidak perlu digelar lagi kecuali AS menawarkan 'perubahan tegas' dalam pendekatannya terhadap Korut.
Kim Jong-Un dan Presiden Donald Trump pertama kali bertemu di Singapura sekitar dua tahun lalu, untuk merundingkan penghentian program nuklir Korut. Perundingan itu buntu setelah pertemuan kedua yang digelar di Hanoi, Vietnam, awal tahun 2019 tidak menghasilkan kesepakatan bersama.
Pekan ini, Trump menyatakan dirinya 'pasti' bertemu kembali dengan Kim Jong-Un 'jika saya pikir itu bisa membantu'. Komentar ini disampaikan setelah beredar spekulasi bahwa Trump berniat menggelar pertemuan lain dengan Kim Jong-Un jika itu bisa menambah kesempatannya memenangkan pemilihan presiden (pilpres) AS yang akan digelar November mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir AFP, Jumat (10/7/2020), Kim Yo-Jong memberikan tanggapannya dalam pernyataan yang dilansir kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA). Kim Yo-Jong beberapa waktu terakhir mencuat sebagai salah satu penasihat terdekat Kim Jong-Un, kakaknya sendiri.
"Tidak perlu bagi kita untuk duduk berseberangan dengan AS sekarang," tegas Kim Yo-Jong dalam pernyataannya.
Jika pertemuan semacam itu digelar, Kim Yo-Jong menilai 'itu terlalu jelas hanya akan dimanfaatkan sebagai sarana pembualan yang membosankan demi kebanggaan seseorang'.
Tonton video 'Kim Jong-un Muncul ke Publik, Trump Irit Komentar':
Menurut Kim Yo-Jong, denuklirisasi 'tidak mungkin digelar pada saat ini' dan hanya bisa terjadi jika ada 'langkah-langkah besar simultan yang tidak bisa diubah' oleh pihak lain. Dia menekankan dirinya tidak merujuk pada pencabutan sanksi.
Kim Yo-Jong tidak menjelaskan secara spesifik soal pernyataannya itu, namun diketahui bahwa AS menugaskan 28.500 tentaranya di Korea Selatan (Korsel) untuk membantu pertahanan negara sekutunya dan memiliki serangkaian aset militer di Jepang dan kawasan Pasifik.
Korut bersikeras menekankan bahwa negaranya butuh persenjataan nuklir untuk menangkal potensi invasi AS. Pada Desember tahun lalu, Kim Jong-Un mengakhiri moratorium uji coba nuklir dan rudal balistik. Korut juga telah berulang kali menyatakan tidak punya keinginan untuk melanjutkan perundingan denuklirisasi, kecuali AS menghapuskan kebijakan yang disebutnya 'keji' terhadap Korut.