Upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menutupi isu soal putrinya, Ivanka Trump dibongkar oleh sebuah buku memoar. Buku memoar berjudul 'The Room Where It Happened' itu mengungkap bahwa kasus pembunuhan Jamal Khashoggi dipakai Trump untuk menutupi isu soal putrinya.
Buku itu sendiri ditulis oleh mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton. Pria yang pernah dipecat Trump ini membongkar rahasia-rahasia Trump. Salah satunya soal isu Ivanka Trump.
Seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (17/6/2020) Trump menjadi headline berita pada November 2018 ketika ia merilis pernyataan aneh yang membela putra mahkota Saudi Mohammed bin Salman atas pembunuhan wartawan senior Saudi, Jamal Khashoggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembelaan itu termasuk komentar-komentar seperti "Dunia adalah tempat yang sangat berbahaya!" dan "mungkin dia melakukannya dan mungkin dia tidak melakukannya!"
Menurut buku Bolton, seperti yang dikutip media Inggris, Guardian, menjadi headline adalah inti dari usaha Trump ini. Sebuah cerita tentang putrinya, Ivanka Trump, yang menggunakan email pribadinya untuk urusan pemerintah sempat mencuat menjadi berita pada saat itu. Padahal Trump pernah mengobarkan perang terhadap Hilary Clinton selama kampanye 2016 karena melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan putrinya itu. Kareanya, Trump membutuhkan pengalihan.
"Ini akan mengalihkan dari (kasus) Ivanka," kata Trump. "Jika saya membaca pernyataan itu secara langsung, itu akan mengambil alih masalah Ivanka," ujar Trump seperti ditulis Bolton dalam bukunya.
Trump sendiri tercatat memang pernah membela putrinya yang terungkap pernah memakai email pribadi untuk urusan pemerintahan itu. Trump menolak penyamaan kasus Ivanka dengan kasus Hillary Clinton yang juga memakai email pribadi.
Trump melontarkan kritikan habis-habisan terhadap Hillary semasa kampanye pilpres 2016, terkait penggunaan server email pribadi untuk urusan pemerintahan saat Hillary masih menjabat Menteri Luar Negeri AS. Trump bersikeras meyakini Hillary melanggar hukum dan harus dipenjara.
Seperti dilansir AFP, Rabu (21/11/2018), untuk kasus Ivanka, Trump mengakui putrinya memang pernah memakai email pribadi untuk urusan pemerintahan. Namun dia membela Ivanka dengan menyebut email-email yang dikirimkan tidak berisi informasi rahasia dan tidak menggunakan server rumahan secara ekstensif. Trump berargumen bahwa putrinya yang menjabat penasihat senior Gedung Putih itu, tidak melakukan pelanggaran.
"Pada awal-awal dan untuk periode waktu singkat, Ivanka mengirimkan sejumlah email (dengan akun email pribadi). Email-email itu bukan email rahasia seperti Hillary Clinton. Email-email itu tidak dihapus seperti Hillary Clinton," tegas Trump kepada wartawan setempat dua tahun lalu.
Sebelumnya, seperti dilansir AFP, Jumat (19/6/2020), Trump dalam komentarnya via Twitter menyebut Bolton itu sebagai 'sick puppy', yang berarti sosok yang gila dan kejam.
Trump geram dan menyebut buku karya Bolton sebagai 'kompilasi kebohongan dan kisah rekayasa, semua dimaksudkan untuk membuat saya terlihat buruk'.
"Banyak pernyataan konyol yang dia sebut soal saya yang tidak pernah dibuat, fiksi murni," cetus Trump.
Sedangkan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut mantan penasihat keamanan nasional itu sebagai 'pengkhianat'. Dia membantah isi buku yang akan terbit pada 23 Juni ini.
"John Bolton menyebarkan sejumlah kebohongan, setengah kebenaran yang diputar dan kepalsuan langsung," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Kamis (19/6/2020).
"Sangat menyedihkan dan berbahaya bahwa peran publik terakhir John Bolton adalah peran pengkhianat yang merusak Amerika dengan melanggar kepercayaan sakralnya dengan rakyatnya," cetus Pompeo.