Mantan penasihat keamanan nasional AS, John Bolton membongkar rahasia-rahasia pemerintahan Presiden AS Donald Trump lewat buku memoarnya. John Bolton menyebut Trump setuju dengan pembangunan kamp-kamp penahanan Muslim Uighur di China.
Seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (18/6/2020) menurut Bolton, Trump setuju ketika Presiden China Xi Jinping membela soal penahanan warga Muslim Uighur di kamp-kamp penahanan.
"Menurut penerjemah kami," Bolton menulis, "Trump mengatakan bahwa Xi harus melanjutkan pembangunan kamp-kamp itu, yang menurut Trump adalah hal yang tepat untuk dilakukan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dokumen partai Komunis yang bocor yang diterbitkan pada bulan November lalu, setidaknya 1 juta Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp di Xinjiang.
Selain itu, buku Bolton ini juga mengungkap upaya Trump untuk menutupi isu pemanfaatan email pribadi putrinya, Ivanka Trump untuk kegiatan pemerintahan, lewat kasus pembunuhan wartawan senior Saudi, Jamal Khashoggi.
Trump pun sudah membantah isi buku mantan penasihatnya itu. Seperti dilansir AFP, Jumat (19/6/2020), Trump dalam komentarnya via Twitter menyebut Bolton itu sebagai 'sick puppy', yang berarti sosok yang gila dan kejam.
Tonton video 'AS-China Diambang Perang Dingin Baru':
Trump geram dan menyebut buku karya Bolton sebagai 'kompilasi kebohongan dan kisah rekayasa, semua dimaksudkan untuk membuat saya terlihat buruk'.
"Banyak pernyataan konyol yang dia sebut soal saya yang tidak pernah dibuat, fiksi murni," cetus Trump.
Sedangkan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut mantan penasihat keamanan nasional itu sebagai 'pengkhianat'. Dia membantah isi buku yang akan terbit pada 23 Juni ini.
"John Bolton menyebarkan sejumlah kebohongan, setengah kebenaran yang diputar dan kepalsuan langsung," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Kamis (19/6/2020).
"Sangat menyedihkan dan berbahaya bahwa peran publik terakhir John Bolton adalah peran pengkhianat yang merusak Amerika dengan melanggar kepercayaan sakralnya dengan rakyatnya," cetus Pompeo.