Ribuan orang di Paris, Prancis berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada George Floyd. Di tengah aksi ini, Perdana Menteri Prancis, Edouard Philippe, memastikan kepolisian di negara itu tidak rasis.
Seperti dilansir dari AFP, Rabu (10/6/2020) beberapa plakat penghormatan di perkumpulan itu, yang berlangsung bersamaan dengan pemakaman Floyd di Texas, menarik paralel antara Floyd dan mereka yang baru saja meninggal di tangan polisi Prancis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembunuhan Floyd, seorang warga Amerika keturunan Afrika berusia 46 tahun, oleh petugas polisi kulit putih pada 25 Mei telah memicu protes di seluruh Amerika Serikat (AS) dan menginspirasi demonstrasi anti-rasisme global.
PM Philippe, yang tidak hadir dalam demonstrasi itu, mengatakan telah terjadi pencurahan emosi "sangat besar, sangat sah, dibagikan secara luas" setelah kematian Floyd.
"Prancis, polisi nasional, gendarmerie (pasukan bersenjata Prancis), bukan rasis. Tetapi setiap kali ada tindakan rasis ... penting bahwa seluruh negara bereaksi," katanya dalam komentar publik pertamanya terkait demonstrasi Floyd.
Philippe juga menyerukan "rasa hormat dan kepercayaan" terhadap polisi. Dia mengatakan bahwa masyarakat harus memegang kekuatan dengan standar tinggi.
Polisi mengatakan ada 2.400 orang dalam demonstrasi itu, sementara SOS Racisme memperkirakan ukuran kerumunan lebih besar, yakni sekitar 12.000 orang.
Aksi demonstrasi ini mengingatkan lagi warga Prancis pada kasus seorang pria kulit hitam muda, Adama Traore, yang meninggal dalam tahanan polisi pada tahun 2016.
Dia kehilangan kesadaran dalam mobil polisi dan meninggal di kantor polisi terdekat. Dia masih diborgol ketika paramedis tiba.