Ribuan orang di Australia ikut dalam aksi solidaritas untuk menghormati kenangan George Floyd yang tewas di tangan polisi Amerika Serikat (AS). Aksi di Sydney digelar setelah pengadilan setempat mencabut larangan yang diberlakukan otoritas setempat, yang didasari kekhawatiran penyebaran virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (6/6/2020), aksi solidaritas yang digelar di berbagai kota di Australia, mulai dari Sydney, Adelaide, Brisbane, hingga Canberra ini rata-rata berlangsung damai. Aksi ini juga digunakan untuk memprotes kematian penduduk asli Australia dalam tahanan polisi setempat.
Otoritas negara bagian New South Wales melarang aksi protes karena kekhawatiran social distancing di tengah pandemi Corona. Larangan itu awalnya disetujui pengadilan, yang kemudian digugat pada Jumat (5/6). Sekitar 12 menit sebelum aksi dimulai pada Sabtu (6/6) waktu setempat, pengadilan banding New South Wales menggugurkan larangan itu yang berarti memberikan izin kepada penyelenggara aksi di Sydney pada menit-menit akhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pencabutan ini berarti orang-orang yang ikut aksi tidak akan bisa ditangkap oleh otoritas Sydney. Sekitar 1.000 orang dilaporkan berkumpul di area Town Hall, pusat kota Sydney, untuk ikut aksi solidaritas bagi Floyd yang tewas setelah lehernya dicekik dengan lutut seorang polisi di Minneapolis pada 25 Mei lalu.
Sempat terjadi keributan kecil saat seorang pria yang menggelar aksi tandingan sambil membawa poster bertuliskan 'Whilte Lives, Black Lives, All Lives Matter' diamankan oleh polisi.
Di Adelaide, para demonstran berkumpul di Victaria Square setelah polisi memberikan izin digelarnya aksi solidaritas itu, dengan adanya pembatasan-pembatasan untuk mencegah penyebaran Corona. Aksi long-march dilakukan setelah Komisioner Grant Stevens memberikan izin pada Jumat (5/6) kemarin.
"Ini merupakan acara yang unik dan luar biasa. Ada sentimen yang menunjukkan bahwa warga seharusnya memiliki hak untuk memprotes persoalan signifikan," sebut Stevens yang merupakan Komisioner Kepolisian Australia Selatan -- lokasi kota Adelaide.
Di Brisbane, ibu kota negara bagian Queensland, pihak penyelenggara mengklaim 30 ribu orang akan ikut dalam aksi. Dua ruas jalan besar ditutup untuk memberikan tempat bagi para demonstran yang beraksi dengan damai. Polisi sempat membagikan masker dan menyediakan hand sanitizer untuk para demonstran.
Kelompok Maori yang ikut dalam aksi sempat melakukan tarian tradisional haka, semacam tarian perang, dalam aksi di Brisbane. Para demonstran melanjutkan aksi hingga ke depan kantor polisi setempat, dengan beberapa meneriakkan: "Mereka sebut keadilan, kita sebut pembunuhan."
Pada Jumat (5/6) waktu setempat, sekitar 2 ribu demonstran berkumpul di Canberra. Dalam aksinya, para demonstran berupaya mengingatkan warga Australia bahwa ketidaksetaraan ras yang memicu kematian Floyd di AS, juga terjadi di Australia.
"Australia harus memahami bahwa apa yang terjadi di Amerika Serikat telah terjadi di sini sejak lama," ucap Matilda House, seorang tetua kelompok keluarga Ngambri-Ngunnawal, yang selama mengklaim sebagai pemilik tradisional wilayah Canberra.
Diketahui bahwa penduduk asli Australia hanya kini mencapai 2 persen dari total populasi, namun mereka berkontribusi atas 27 persen dalam populasi penjara setempat. Etnis minoritas di Australia memiliki angka kematian bayi lebih tinggi dari rata-rata dan mendapat layanan kesehatan yang buruk, serta tingkat pendidikan dan lapangan pekerja lebih rendah dibanding warga Australia lainnya.