Para pengunjuk rasa yang berdemo atas kematian George Floyd di berbagai wilayah Amerika Serikat (AS) diserukan agar menjalani tes Corona. Hal ini karena gas air mata yang membuat para demonstran batuk, bisa memicu penularan virus.
AS saat ini merupakan negara dengan kasus Corona tertinggi di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Worldometers, per Jumat (5/6/2020) total kasus positif Corona di AS mencapai 1.924.189. Sedangkan total yang meninggal dunia 110.179 orang dan yang sembuh 712.252 orang.
Namun, di kondisi wabah seperti ini AS malah dilanda gelombang demonstrasi yang dipicu oleh kematian pria kulit hitam, George Floyd. Floyd adalah seorang sekuriti restoran yang wafat usai diinjak dengan lutut oknum polisi Minnesota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka wajar jika Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Dr Robert Redfield menyerukan agar para demonstran menjalani tes Corona.
"Kami sungguh ingin individu-individu tersebut agar sangat mempertimbangkan untuk dievaluasi dan dites," ucap Redfiled dalam rapat dengar pendapat dengan House of Representatives (HOR) atau DPR AS membahas virus Corona Seperti dilansir CNN, Jumat (5/6).
"Saya pikir ada potensi, yang sangat disayangkan bagi ini (unjuk rasa) untuk acara penyemaian (penularan virus)," katanya, secara khusus merujuk pada aksi protes di kota-kota metropolitan yang melaporkan adanya penularan Corona secara signifikan.
"Cara untuk meminimalisasi itu adalah membuat setiap individu untuk mengakui hal itu demi kebaikan mereka sendiri, untuk melindungi orang-orang tercinta mereka, untuk (berkata) 'Hei, saya pergi keluar, saya perlu, saya perlu untuk diperiksa', Anda tahu, dan dalam tiga, lima, tujuh hari diperiksa, pastikan Anda tidak terinfeksi," cetus Redfield.
Dalam perdebatan dengan salah satu anggota DPR, Mark Pocan, dari Wisconsin, Redfield membahas soal penggunaan gas air mata terhadap para demonstran. Disebutkan Redfield bahwa menurut pengalamannya, gas air mata bisa membuat orang batuk-batuk. Hal ini jelas tidak baik mengingat pandemi yang sedang merajalela melibatkan virus pernapasan.
"Sudah pasti batuk dapat menularkan virus pernapasan, termasuk COVID-19," tegasnya.
Pocan bertanya kepada Redfield soal apakah dirinya telah menyarankan Presiden Donald Trump atau bekerja bersama penegak hukum agar mereka tidak lagi menggunakan gas air mata selama pandemi Corona masih merajalela. "Saya pikir Anda mengemukakan poin penting yang kami anjurkan sangat kuat -- kemampuan untuk memakai penutup wajah dan masker tersedia bagi para demonstran, agar mereka bisa setidaknya memiliki pelindung," ujarnya.
Ditambahkan Redfield bahwa dirinya akan 'meneruskan komentar ini dalam rapat Satuan Tugas selanjutnya'.
Secara terpisah, Gubernur Minnesota, Tim Walz, meminta semua orang yang ikut unjuk rasa memprotes kematian Floyd untuk menjalani tes Corona. Seruan ini disampaikan Walz via Twitter.
"Siapa saja yang berdemonstrasi harus menjalani tes untuk COVID-19," cetusnya dalam cuitan pada Kamis (4/6) malam.
Walz menyertakan informasi dari Departemen Kesehatan Minnesota soal cara mengikuti tes Corona. "Jika Anda berpikir Anda telah terpapar, jalani tes sekitar lima hari setelah peristiwa itu. Jika hasil tesnya negatif, jalani tes lagi sekitar 14 hari setelah peristiwa itu," imbaunya.