Polisi Prancis membubarkan sekitar 2.000 demonstran aksi protes kematian George Floyd dengan gas air mata di kota utara Lille. Para demonstran berteriak mengutuk keras kasus berbau rasialisme itu.
Seperti dilansir AFP, Jumat (5/6/2020) gas air mata itu ditembakkan oleh polisi Prancis pada Kamis (4/6), ketika demonstran terus menggemakan protes atas pembunuhan pria kulit hitam George Floyd oleh polisi Minnesota, Amerika Serikat (AS). Demonstrasi yang awalnya hanya terjadi di AS kini meluas ke sejumlah negara termasuk Prancis.
"Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian," teriak para demonstran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran juga mengacungkan plakat, beberapa dalam bahasa Inggris, membawa slogan-slogan yang sekarang dikenal dalam demonstrasi di AS: "Orang kulit hitam penting", "Saya tidak bisa bernapas," dan "Hentikan kekerasan polisi".
Pendemo di Lille yang sebagian besar masih muda itu berjalan menuju pusat kota. Dalam aksinya, mereka juga menyerukan "keadilan bagi Adama".
Adama Traore adalah seorang pemuda kulit hitam yang terbunuh dalam tahanan polisi Prancis pada tahun 2016.
Meskipun gas air mata telah ditembakkan, tetapi gemuruh demonstrasi terus berlanjut saat malam tiba.
"Hari ini orang-orang merasa distigmatisasi, dikucilkan oleh Republik dan orang-orang ini ... menuntut di atas segalanya untuk diintegrasikan, diakui, diperlakukan seperti orang lain," kata salah seorang orator, Sofian Betrancourt yang berusia 32 tahun.
"Pertanyaan soal tindak kekerasan polisi telah ada selama bertahun-tahun, tetapi pada saat yang sama, ketidaksetaraan ini ditampilkan pada basis global," tambahnya.
(rdp/ita)