Para Kepala Polisi AS Marah Atas Kasus Pembunuhan George Floyd

Para Kepala Polisi AS Marah Atas Kasus Pembunuhan George Floyd

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Jumat, 29 Mei 2020 15:20 WIB
Kepala MCCA yang juga Kepala Polisi Houston Art Acevedo (AP Photo)
Foto: Kepala MCCA yang juga Kepala Polisi Houston Art Acevedo (AP Photo)
Washington DC -

Kematian George Floyd di tangan polisi memicu kemarahan warga di kota Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS). Bukan hanya warga, para polisi juga sangat terganggu dengan kekerasan yang dialami oleh Floyd itu.

Para kepala polisi di seluruh Amerika Serikat (AS) mendorong agar para perwira meredakan ketegangan dengan mengurangi kekerasan. Seperti dilansir dari The Washington Post, Kamis (28/5/2020), Kepala Kepala Kepolisian Minneapolis, Medaria Arradondo langsung memecat empat oknum polisi yang bertanggung jawab atas kematian Floyd hanya dalam waktu 24 jam, usai video rekaman detik-detik kematian Floyd viral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah Medaria Arradondo ini mendapat dukungan dari Kepala Asosiasi Kepala Kepolisian Internasional (IACP) dan Asosiasi Kepala Kepolisian Kota Besar (MCCA). Mereka juga jijik melihat perilaku oknum polisi yang bertanggung jawab atas kematian Floyd.

ADVERTISEMENT

"Kematian Tuan Floyd sangat mengganggu dan harus menjadi perhatian semua orang Amerika," kata Kepala MCCA yang juga Kepala Polisi Houston Art Acevedo.

"Tindakan para perwira itu tidak konsisten dengan pelatihan dan protokol profesi kami dan MCCA memuji Kepala Kepolisian Minneapolis Medaria Arradondo atas tindakannya yang cepat dan tegas untuk memecat para petugas yang terlibat," ungkapnya.

Sementara itu, Steven R. Casstevens, kepala IACP dan kepala departemen Buffalo Grove, Illinois, menyatakan simpatinya kepada keluarga Floyd.

"Petugas penegak hukum dilatih untuk memperlakukan semua individu, apakah mereka adalah pengadu, tersangka, atau terdakwa, dengan martabat dan rasa hormat. Ini adalah prinsip dasar di balik konsep keadilan prosedural dan legitimasi polisi," kata Casstevens dalam pernyataannya.

Casstevens menambahkan, "Sebagai pemimpin polisi, kita harus bersedia mempertanyakan dan mengecam tindakan yang salah agar terus membangun kepercayaan dalam masyarakat kita," tegasnya.

Trump Minta FBI-Jaksa Agung Selidiki Kematian George Floyd:

Sebelumnya, seperti dilansir AFP, Kamis (28/5/2020) George mulanya ditangkap pada Senin (25/5) oleh polisi kota Minneapolis, AS. George FLoyd ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai $ 20.

Penangkapan Floyd itu terekam dalam sebuah video yang kemudian viral. Dalam video itu, tangan Floyd diborgol dan kemudian dijatuhkan ke aspal oleh polisi. Seorang polisi menekan leher Floyd dengan lututnya, sembari memasukkan tangannya ke saku.

Floyd merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas. Dia bahkan sempat memanggil mamanya sebelum mati lemas.

"Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas.... Mama. Mama," pinta Floyd sesaat sebelum dia tewas.

Floyd hanya diam dan tidak bergerak, dia bahkan tidak bisa bergerak ketika petugas memintanya untuk "bangun dan masuk ke dalam mobil." Floyd kemudian dibawa ke rumah sakit dan di sana ia dinyatakan meninggal dunia.

Kematian Floyd di tangan polisi ini pun memicu kemarahan publik. Warga turun ke jalan dan bentrok dengan polisi. Mereka menjarah toko-toko dan membakarnya. Polisi bereaksi dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.

Satu orang juga dilaporkan tewas pada Kamis (28/5) akibat luka tembak. Polisi sedang menyelidiki apakah dia ditembak oleh seorang pemilik toko di daerah yang dilanda kerusuhan itu.

Empat oknum polisi yang bertanggung jawab atas kematian Floyd kemudian dipecat pada hari Selasa (26/5). Namun, mereka masih bebas berkeliaran. Saudara Floyd menuntut agar para tersangka dihukum.

Sementara itu, Walikota Minneapolis Jacob Frey mengatakan dia tidak bisa mengerti mengapa polisi yang menewaskan Floyd yang berusia 46 tahun itu, masih bisa berkeliaran.

"Mengapa orang yang membunuh George Floyd tidak berada di penjara? Jika Anda melakukannya, atau saya yang melakukannya, kita akan berada di balik jeruji besi sekarang," cetus Frey.

Halaman 2 dari 2
(rdp/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads