Kementerian Kesehatan Peru mengumumkan kasus Corona yang sudah mencapai 100.000 kasus. Dengan jumlah ini, Peru menjadi negara kedua yang memiliki kasus Corona tertinggi di Amerika Latin.
Seperti dilansir AFP, Kamis (21/5/2020) jumlah korban meninggal dunia akibat COVID-19 juga telah melewati 3.000, hanya berada di bawah Brazil dan Meksiko. Kasus Corona dan kematian meningkat tiga kali lipat sejak 30 April.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Statistik yang mengerikan datang meskipun Peru telah dilockdown selama sembilan minggu dan melumpuhkan ekonomi. Sebagian besar kasus berada di Lima dan portalnya Callao, tempat sepertiga dari 32 juta penduduk negara itu tinggal.
Sistem kesehatan Peru kewalahan dan tertatih-tatih di ambang kehancuran. Rumah sakit umum menghadapi kekurangan peralatan yang drastis.
"Ini seperti film horor," Miguel Armas, seorang perawat di rumah sakit Hipolito Unanue di ibu kota Lima.
"Di dalamnya tampak seperti kuburan yang berisi semua mayat. Pasien sekarat di kursi mereka (atau) di kursi roda mereka," sambungnya.
Simak video Dirjen WHO: Pandemi Corona Lebih dari Sekadar Krisis Kesehatan:
Armas dan staf rumah sakit lainnya turun ke jalan untuk melakukan protes pada hari Rabu (20/5) guna menuntut peralatan keselamatan yang lebih baik.
Peru memiliki 7.500 orang yang sedang menjalani perawatan rumah sakit untuk COVID-19. Krematorium Lima harus bekerja siang dan malam untuk berurusan dengan orang mati, sementara antrian mobil pemakaman telah terbentuk di luar beberapa rumah sakit di lingkungan Callao.
"Ayah saya meninggal sendirian, tidak ada dokter di dalam, (pasien) sekarat karena tidak ada dokter dan tidak ada obat," Gloria Baylon, 37, yang sedang berada di luar rumah sakit Luis Negreiros di Callao.