Wabah Corona di Islandia sukses dikendalikan. Alhasil, pembatasan sosial pun mulai dilonggarkan. Kok bisa?
Dilansir dari The Associated Press (AP), Senin (4/5/2020), kesuksesan Islandia mengendalikan penyebaran Corona karena pelacakan dan pengujian ketat yang dilakukan. Senin (5/5) waktu Islandia, sekolah menengah atas, salon rambut, klinik dokter gigi, dan sejumlah bisnis sudah mulai dibuka.
Ahli epidemiologi Islandia, Thorolfur Gudnason, tak mengira pemulihan dari Corona bisa lebih cepat dari perkiraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak berharap pemulihan secepat ini," ujarnya.
Islandia diketahui telah mengkonfirmasi 1.799 kasus virus Corona, tetapi hanya 10 orang yang meninggal. Jumlah kasus COVID-19 baru setiap hari sudah turun dari 106 pada puncak wabah menjadi satu digit - bahkan, pada beberapa hari tercatat nol kasus. Negara Atlantik Utara ini berhasil menjinakkan wabah Corona.
Keberhasilan di Islandia juga tidak terlepas dari populasi penduduknya yang kecil yakni hanya 360.000 orang. Namun, tindakan tegas pemerintah selama pembatasan sosial juga menjadi langkah konkret memutus penyebaran Corona.
Pihak berwenang menggunakan kebijakan pengujian dan pelacakan yang ketat untuk menemukan dan mengisolasi orang yang terinfeksi. Bahkan ketika mereka tidak memiliki gejala. Mereka menawarkan tes virus Corona gratis kepada semua warga yang bersedia.
Strategi tersebut terbukti sukses tanpa penutupan sosial dan ekonomi yang hampir menyeluruh seperti dilakukan di banyak negara Eropa lainnya. Islandia menerapkan kebijakan yakni melarang warganya kumpul-kumpul lebih dari 20 orang.
Baca juga: Pandemi dan Pemodelan "Chaos Theory" |
Kunci Islandia menang melawan Corona yakni kewaspadaan yang dilakukan mulai dini. Turis yang pulang dari perjalanan luar negeri diminta untuk melakukan tes.
Pihak berwenang juga meminta orang yang baru masuk ke Islandia untuk melapor ke rumah sakit, sekalipun tidak menunjukkan gejala apapun.
Strategi lainnya yakni mengawasi secara teliti dengan siapa saja pasien melakukan kontak. Kemudian mereka akan dikarantina apapun kondisi kesehatan mereka.
Langkah lain adalah upaya pemerintah melindungi kelompok rentan dari paparan virus. Menurut statistik pemerintah, di Islandia hanya ada 20 tempat tidur untuk perawatan intensif dengan respirator. Maka penting bagi mereka untuk menghindari peningkatan pasien COVID-19 yang butuh perawatan intensif.
Sebagai informasi, Islandia baru mengumumkan konfirmasi kasus virus pertamanya pada 28 Februari. Mereka mendeklarasikan Ischgl sebagai zona berisiko tinggi pada 5 Maret, dua hari sebelum pihak berwenang di sana mengkonfirmasi kasus pertama.
Gudnason mengatakan Islandia telah memperbarui dan menguji responsnya terhadap pandemi global sejak 2004. Rumah sakit telah menguji orang-orang yang datang dari luar negeri selama sebulan sebelum kasus pertama yang dikonfirmasi. Aturan jarak sosial dan imbauan cuci tangan juga digalakkan.
"Setiap lembaga yang terlibat dalam respons tahu perannya sejak awal," katanya.