Total kasus virus Corona (COVID-19) di Singapura semakin bertambah dan telah melampaui 13 ribu kasus. Saat ini, Singapura tercatat sebagai negara dengan total kasus terbanyak di Asia, setelah dua negara paling padat penduduk di dunia, China dan India.
Seperti dilansir Bloomberg dan The Star, Senin (27/4/2020), Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan 931 kasus baru sepanjang Minggu (26/4) waktu setempat. Total kasus virus Corona di negara ini mencapai 13.624 kasus.
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom hari ini, Senin (27/4/2020):
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Tak Peduli Pandemi Corona, Warga AS Beramai-ramai Piknik ke Pantai
Ribuan orang memadati pantai di selatan California akhir pekan lalu di tengah wabah Corona. Mereka tak mau melewatkan sensasi berjemur di pantai saat musim panas.
Sebagaimana dilansir CNN, Senin (27/4/2020) orang-orang tampak memadati pantai Huntington, California pada 25 April 2020. Padahal, Corona masih mewabah.
Banyak orang yang tidak mau melewatkan sensasi berjemur di pantai saat akhir pekan di musim panas.
"Ini hari yang indah. Bagaimana Anda bisa menahan orang?" kata salah satu pengunjung pantai Huntington di Orange County. Frank Feerini.
- Singapura Kini Catat Kasus Corona Terbanyak di Asia Setelah China-India
Total kasus virus Corona (COVID-19) di Singapura semakin bertambah dan telah melampaui 13 ribu kasus. Saat ini, Singapura tercatat sebagai negara dengan total kasus terbanyak di Asia, setelah dua negara paling padat penduduk di dunia, China dan India.
Seperti dilansir Bloomberg dan The Star, Senin (27/4/2020), Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengumumkan 931 kasus baru sepanjang Minggu (26/4) waktu setempat. Total kasus virus Corona di negara ini mencapai 13.624 kasus.
Jumlah itu mengalahkan Jepang dan menjadikan Singapura sebagai negara ketiga dengan total kasus terbanyak di kawasan Asia, setelah China (83.912 kasus) dan India (27.890 kasus).
- Media Korsel Sebut Kim Jong Un 'Sembunyi' karena Pengawalnya Kena Corona
Kondisi sebenarnya dari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un masih simpang siur. Sejumlah laporan media lokal Korea Selatan (Korsel) menyebut Kim Jong-Un sedang pergi keluar Pyongyang untuk menghindari pandemi virus Corona (COVID-19).
Laporan berbagai media yang mengutip bermacam-macam sumber berlomba-lomba mengabarkan kondisi terbaru Kim Jong-Un. Ada sumber yang menyebut Kim Jong-Un sudah meninggal, ada yang menyebut dia sedang koma dan ada yang menyebut dia dalam keadaan 'hidup dan sehat'.
Kabar meninggalnya Kim Jong-Un berasal dari siaran televisi Hong Kong, Hong Kong Satellite Television (KHSTV), yang dalam siarannya mengklaim bahwa Kim sudah meninggal, dengan mengutip "sumber yang sangat solid".
- Gara-gara Trump, Gubernur AS Banyak Ditanyai Warga Soal Suntikan Disinfektan
Gubernur Maryland, Larry Hogan, menuturkan pihaknya menerima 'ratusan panggilan telepon' dari warga yang menanyakan efektivitas suntikan disinfektan untuk mengobati virus Corona (COVID-19). Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara berbahaya menyarankan pasien virus Corona disuntik disinfektan.
"Kami menerima ratusan panggilan telepon pada hotline kami di sini di Maryland soal orang-orang bertanya tentang menyuntikkan atau menelan disinfektan yang, Anda tahu, sulit untuk dibayangkan bahwa orang-orang berpikir itu serius," ucap Hogan dalam wawancara dengan CBS dan dilansir CNN, Senin (27/4/2020).
"Tapi apa yang sebenarnya dipikirkan orang-orang soal ini, apakah ini hal yang bisa Anda lakukan untuk melindungi diri Anda?" imbuh Hogan yang seorang Republikan ini.
- Australia Serukan Penyelidikan Virus Corona, Dubes China Ancam Boikot
Pemerintah Australia menyerukan adanya penyelidikan terkait virus Corona di China. Duta Besar China di Australia memperingatkan, hal itu bisa menyebabkan boikot terhadap anggur Australia dan perjalanan ke negara itu.
Seperti dilansir AFP, Senin (27/4/2020) peringatan bernada ancaman itu disampaikan oleh Dubes China untuk Australia, Cheng Jingye. Dia mengatakan, masyarakat China kecewa dengan sikap Australia itu.
"Publik China frustrasi, kecewa, dan kecewa dengan apa yang sedang dilakukan Australia sekarang," katanya dalam sebuah wawancara dengan Australian Financial Review, Minggu (26/4).