Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disorot karena dinilai terlambat merespons wabah Corona (COVID-19). Begini sejumlah respons WHO terhadap virus Corona yang menuai kontroversi.
Sebagaimana diketahui, virus Corona pertama kali mulai merebak pada akhir bulan Desember 2019 di Wuhan, Hubei, China. Dunia mulai was-was. Virus ini pun mulai menyebar ke negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WHO kemudian mulai menyalakan sinyal berbahaya terkait virus ini. Berikut ini runutan respon WHO atas Corona:
WHO Meminta Tak Perlu Membatasi Negara dari China
Melihat virus Corona yang makin menggila, WHO kemudian merevisi penilaian risiko mereka terhadap virus corona. Virus corona ketika itu telah membunuh 170 orang di China.
"Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," kata petinggi WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pengarahan di Jenewa, Swiss seperti dikutip dari AFP, Jumat (31/1/2020).
Meski demikian, Tedros menyebut tak perlu ada pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan China dalam upaya membendung penyebaran virus. Virus corona saat itu sudah menyebar di 15 negara di dunia.
Tedros menyebut alasan utama dari deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China. Ini karena virus corona menyebar hingga ke belasan negara.
"Deklarasi ini bukanlah mosi tidak percaya di China. Sebaliknya, WHO terus memiliki kepercayaan akan kapasitas China untuk mengendalikan wabah," kata Tedros saat tu.
WHO Rekomendasikan Masker Hanya untuk yang Sakit
Meskipun Corona terus menyebar, WHO belum merekomendasikan semua orang untuk memakai masker. WHO menilai memakai masker tidak akan menjamin seseorang terlindungi dari virus ini. Masker disarankan hanya untuk yang sakit, yang mengalami kondisi tertentu seperti demam dan batuk.
Hal ini disampaikan oleh Konsultan Pengendalian Penyakit Menular WHO, Christine Francis dalam video berjudul 'Can masks protect against the new coronavirus infection?' yang diunggah di akun Youtube resmi WHO pada 6 Februari 2020.
WHO Beri Nama Resmi untuk Corona dan Umumkan Sebagai Pandemi
Corona mulanya hanya disebut sebagai SARS-CoV-2. Hingga kemudian WHO memberi nama resmi, yakni COVID-19.
"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini dan itu COVID-19," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, seperti dikutip AFP, Selasa (11/2/2020).
Selanjutnya, bulan Maret WHO menyatakan Corona sebagai pandemi global. Artinya, COVID-19 bisa menyerang siapa saja di seluruh dunia.
"Ini bukan hanya krisis kesehatan masyarakat, ini adalah krisis yang akan menyentuh setiap sektor," kata Tedros, pada konferensi pers, dikutip dari Time.
WHO Rekomendasikan Masker untuk Semua
WHO akhirnya merekomendasikan pemakaian masker untuk semua orang, bukan hanya yang sakit. Hal ini disampaikan WHO melalui situs resminya dalam tulisan bertajuk 'Advice on the use of masks in the context of COVID-19' pada 6 April.
WHO menyarankan masyarakat untuk memakai masker saat keluar rumah dan tanpa sadar berinteraksi dengan orang lain. Juga kepada tiap individu yang sedang berada di fasilitas kesehatan.
Simak video Data Corona di Wuhan Direvisi, Angka Kematian Melonjak:
AS Menyalahkan WHO, WHO Dituduh Lamban dan Bias pada China
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melampiaskan kemarahannya kepada WHO karena dinilai bias pada China selama pandemi Corona. Trump mengancam akan menahan dana untuk WHO dan akhirnya benar-benar melakukannya.
Mulanya, kepada para wartawan, Trump mengatakan bahwa dirinya akan menahan pendanaan untuk WHO. Sumber pendanaan terbesar WHO adalah AS.
"Kita akan menahan uang yang dihabiskan untuk WHO," ujar Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (8/4/2020). Ketika itu Trump tidak menyebut berapa banyak dana yang akan ditahan dan kapan akan dilakukan. Pernyataan itu awalnya terkesan sebagai gertakan belaka.
Trump mengatakan, WHO "terlihat sangat bias terhadap China. Itu tidak benar". Trump menyampaikan ini melalui akun Twitternya.
"WHO benar-benar gagal," tulis Trump dalam cuitannya.
![]() |
WHO membela diri. Sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menanggapi kritikan pedas Trump itu. Tedros menyerukan persatuan dan menghentikan politisasi krisis kesehatan global. Bahkan secara khusus dia menyerukan AS dan China untuk menunjukkan "kepemimpinan yang jujur".
"Kami juga membuat kesalahan seperti umat manusia lainnya," tuturnya seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (9/4/2020).
"Mohon persatuan di level nasional, jangan gunakan COVID untuk poin politik. Kedua, solidaritas jujur di level global. Dan kepemimpinan jujur dari AS dan China," katanya.
Beberapa hari berselang, Trump benar-benar merealisasikan ancamannya itu. Ancaman Trump untuk menghentikan dana untuk WHO ternyata bukan sekadar gertakan sambal.
Dalam konferensi pers pada Selasa (14/3) waktu setempat, Trump mengatakan dirinya telah memerintahkan pemerintahannya untuk menghentikan pendanaan selagi "peninjauan dilakukan untuk menilai peran WHO dalam salah kelola yang parah dan menutupi penyebaran virus Corona."
Australia Ingin Corona Diselidiki, Ragu Pada WHO
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mendorong digelarnya penyelidikan global atas asal-usul pandemi COVID-19, termasuk upaya penanganan yang dilakukan China di kota Wuhan, tempat kasus Corona pertama kali terdeteksi.
Tak hanya itu, ia menginginkan keterbukaan bagaimana langkah penanganan yang dilakukan di China di tahap-tahap awal di kota Wuhan.
Usulan itu dia kemukakan karena pihaknya tidak yakin WHO akan menggelar penyelidikan atas persoalan ini. Menurut Menlu Payne, penyelidikan semacam itu akan membutuhkan kerjasama internasional.
"Hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak dan negara untuk bersama-sama mendorong transparansi dan memastikan adanya mekanisme penyelidikan yang bisa dipercaya," paparnya sebagaimana dilansir ABC Australia.
Australia tak sendiri. Inggris dan Jerman pun menyerukan agar China terbuka soal Corona. Bahkan, Presiden AS, Donald Trump ngotot ingin mengirim penyelidik AS untuk menyelidiki virus Corona yang dirumorkan berasal dari laboratorium di Wuhan.
Menanggapi Australia, Tedros menegaskan bahwa tak ada rahasia di WHO. Hal ini disampaikan setelah WHO dikritik Trump yang menuding badan PBB itu meremehkan wabah awal COVID-19 di China.
"Kami telah memperingatkan sejak hari pertama bahwa ini adalah iblis yang harus dilawan semua orang," kata Tedros dalam briefing virtual di Jenewa, Swiss seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (21/4/2020).
WHO Ingatkan Corona Akan Ada di Dunia untuk Waktu Lama
WHO mengingatkan bahwa virus Corona masih akan terus berada di dunia untuk waktu yang lama. WHO menyatakan bahwa kebanyakan negara saat ini masih berada dalam tahap awal pandemi.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terdampak di awal pandemi sekarang mulai melihat kemunculan kembali kasus-kasus," kata Tedros dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss.
"Jangan salah, kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/4/2020).