Wabah virus corona tidak hanya menjadi dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Di balik itu ternyata beberapa orang mengalami tindakan yang tidak mengenakan atau diskriminasi.
detikcom merangkum beberapa tindakan diskriminasi yang terjadi di beberapa negara. Pertama diskriminasi yang dialami oleh warga Asia yang menetap di Australia.
Di saat Australia sedang berperang melawan virus corona, yang wabahnya pertama kali berasal dari kota Wuhan, China, banyak komunitas keturunan Asia di Australia melaporkan serangan rasis terkait COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilihat dari ABC, Komisi Hak Asasi Manusia di Australia mengatakan satu dari empat orang yang melaporkan tindakan rasisme dalam dua bulan terakhir memiliki kaitan dengan pandemi COVID-19. Bulan Februari mencatat laporan diskriminasi ras tertinggi hingga saat ini.
Salah satu dirasakan oleh Rani Pramesti, seorang seniman asal Indonesia yang kini bermukim di kota Melbourne, baru-baru ini mengalami serangan rasisme.
Rani Pramesti mengatakan sebenarnya bukan virus yang diskriminatif, tapi orang-orangnya.
Padahal Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan dipilihnya nama penyakit COVID-19 dengan alasan agar tidak "merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang".
Diskriminasi tidak hanya terjadi bagi warga Asia, di China juga terjadi diskriminasi warga Afrika. Salah satunya dirasakan Ade (bukan nama sebenarnya). Ade merupakan mahasiswa asal Nigeria ini pindah ke Guangzhou, China, untuk kuliah di bidang komputer di Universitas Guangdong sejak lima bulan lalu.
Simak juga video Kini Afrika Juga Terjangkiti Virus Corona:
Sebagaimana dilansir di BBC, Ade bercerita dirinya bersama teman-temannya diusir dari apartemen secara tiba-tiba. Ade mengalami penolakan untuk tinggal di tempat lain, dan akhirnya Ade harus tidur beberapa malam di pinggir jalan.
"Lihat cara mereka memperlakukan kami, mereka mengusir kami dari rumah dan memaksa untuk melakukan swakarantina," katanya kepada BBC dari sebuah hotel di Guangzhou.
"Mereka bilang hasil tes saya sudah keluar, dan hasilnya negatif. Mereka tetap mengusir saya."
![]() |
Diskriminasi ini berawal dari muncul gosip daring bahwa ada dua orang Nigeria kabur sesudah dinyatakan positif COVID-19, yang berujung pada wilayah kota tempat tinggal orang Afrika ditutup. Media China melaporkan bahwa seorang pasien Nigeria menyerang seorang perawat China.
Saat itu komisi kesehatan mulai melakukan tes kepada orang-orang dari negara-negara Afrika. Pihak berwenang mengatakan mereka telah mengetes setiap orang dari Afrika. Mereka menemukan ada 111 dari sekitar 4.500 orang Afrika di Guangzhou positif COVID-19.
"Mereka datang dengan ambulans dan tim medis dan membawa kami. Mereka cuma bilang ini hukum China dan ada perintah dari atas," kata Hao, pebisnis asal Pantai Gading.
Usaha di Guangzhou, termasuk area yang populer di kalangan orang Afrika, ditutup karena takut virus corona. Guangzhou adalah kota tempat berkumpulnya orang Afrika di China.
Diperkirakan ada ratusan ribu orang Afrika tinggal di Guangzhou. Kebanyakan mereka masuk ke China menggunakan visa jangka pendek untuk membeli berbagai barang dari pabrik di kota itu untuk dikirim ke negara mereka.