Derita Tiada Henti Ekuador Hadapi Pandemi

Round-Up

Derita Tiada Henti Ekuador Hadapi Pandemi

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 11 Apr 2020 09:18 WIB
Gara-gara pandemi virus Corona, Kota Guayaquil, Ekuador,  sampai kehabisan peti mati. Alhasil, warga setempat terpaksa menggunakan peti mati berbahan kardus.
Gara-gara pandemi virus Corona, Kota Guayaquil, Ekuador, sampai kehabisan peti mati. Alhasil, warga setempat terpaksa menggunakan peti mati berbahan kardus. (Foto: AP/Luis Perez)
Guayaquil -

Ekuador menghadapi situasi berat di masa pandemi virus Corona. Derita yang dirasakan warganya seolah tiada henti.

Negara di Amerika Tengah ini benar-benar babak belur dihajar virus Corona. Pemandangan menyeramkan terlihat di berbagai sudut kota gara-gara pandemi COVID-19.

Jenazah tergeletak di pojok Kota Guayaquil, Ekuador. Jenazah ini hanyalah satu dari banyak korban tewas COVID-19. Hingga 1 April 2020, ada 1.937 orang di sini dinyatakan positif terjangkit virus SARS-CoV-2.


Dilansir BBC, sejumlah gelandangan meninggal di jalan-jalan. Ini bak novel karya Joseph Conrad, The Heart of Darkness: horor, horor. Bedanya, horor ini terlalu nyata.

Pemakaman umum di kota ini ambruk di tengah pandemi. Seorang perempuan di sini bahkan melaporkan ayahnya meninggal di pangkuannya sesudah 24 jam di rumah.

Kota Guayaquil sampai kehabisan peti mati. Alhasil, warga setempat terpaksa menggunakan peti mati berbahan kardus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Update Global: Kini Jerman dan Prancis Telah Melampaui China:

ADVERTISEMENT



Otoritas kota Guayaquil mengaku telah menerima donasi 1.000 peti mati berbahan kardus dari produsen lokal. Donasi peti mati itu digunakan di dua areal pemakaman setempat.

"Ini agar mereka bisa memenuhi permintaan. Tidak ada peti mati di kota atau itu sangat mahal," kata juru bicara balai kota Guayaquil seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (6/4).



Tak hanya sampai di situ duka warga Ekuador.

Ada momen dramatis ketika warga di Guayaquil, Ekuador menunggu berita keluarganya yang meninggal karena COVID-19. Beberapa warga merasa lega ketika diperbolehkan membawa jenazah keluarganya yang meninggal karena Corona.



Setelah beberapa hari, barulah sejumlah keluarga mendapatkan kepastian bahwa jenazah kerabat mereka akan dibebaskan oleh rumah sakit.

Bagi Isabel Hernandez, ibu tiga anak berusia 43 tahun, penantian ini belum berakhir. Suaminya meninggal pada Minggu pagi karena penyakit COVID-19.



Hernandez membutuhkan waktu dua hari untuk mendapatkan dokumentasi yang dia butuhkan guna membebaskan jenazah suaminya dari rumah sakit. Selain itu, sertifikat kematian karena wabah Corona, sekarang dapat diunduh dari internet.

"Saya terakhir melihatnya ketika dia memakai tabung, yang merupakan hari Jumat minggu lalu," katanya seperti dilansir AFP.

Halaman 2 dari 3
(gbr/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads