Otoritas Palestina mengonfirmasi tujuh kasus baru virus Corona di Tepi Barat. Imbas dari konfirmasi itu, sejumlah fasilitas di Tepi barat ditutup, sejumlah masjid dan gereja juga turut ditutup sementara, hingga kota Betlehem dilockdown (ditutup).
Presiden Mahmoud Abbas pun menetapkan masa darurat selama 30 hari terkait kemunculan wabah virus corona ini. Seperti dilansir Reuters dan AFP, Jumat (6/3/2020), Kementerian Kesehatan Palestina, pada Kamis (5/3) waktu setempat, mengonfirmasi tujuh kasus virus corona di wilayah Bethlehem, Tepi Barat, Yerusalem sebelah selatan. Tujuh pasien virus corona di Bethlehem ini semuanya warga Palestina.
"Mereka sekarang sedang dirawat dalam karantina," demikian pernyataan Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa kasus-kasus virus corona itu pertama kali terdeteksi di sebuah hotel di area Bethlehem. Mereka yang terinfeksi virus corona merupakan pegawai hotel setempat.
Menurut Kepala Direktorat Kesehatan Lokal, Imad Shahadeh, sekelompok turis asal Yunani datang mengunjungi hotel tersebut pada akhir Februari lalu. Dua turis di antaranya diketahui positif virus corona setelah pulang ke Yunani. Sejumlah kasus 'suspect' virus corona juga ditemukan dari kalangan pegawai hotel tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Presiden Abbas menetapkan masa darurat selama 30 hari pada Kamis (5/3) waktu setempat.
Terkonfirmasinya tujuh kasus virus corona di Bethlehem membuat otoritas Palestina menyerukan penutupan gereja dan masjid di wilayah tersebut selama dua pekan. Otoritas Palestina juga membatalkan salat Jumat di sedikitnya 27 masjid yang ada di wilayah Bethlehem.
Seperti dilansir Associated Press dan Arab News, Jumat (6/3/2020), usai mengonfirmasi adanya tujuh warga Palestina yang positif virus corona, otoritas Palestina mengumumkan serangkaian langkah untuk menghadapi wabah itu.
Otoritas Palestina melarang masuknya turis asing selama 14 hari ke depan dan melarang mereka menginap di hotel-hotel di Tepi Barat, khususnya Bethlehem. Kasus pertama virus corona yang terdeteksi otoritas Palestina diketahui ada di sebuah hotel di area Bethlehem.
Otoritas Palestina juga menyerukan penutupan institusi pendidikan, masjid-masjid dan gereja-gereja di area Bethlehem selama 14 hari ke depan. Kementerian Wakaf Palestina dalam pernyataannya mengumumkan pembatalan salat Jumat di sedikitnya 27 masjid yang ada di wilayah Bethlehem.
Secara terpisah, Federasi Gereja setempat sebelumnya mengumumkan penutupan Church of Nativity di Bethlehem hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sementara itu, kompleks Masjid Al-Aqsa yang terletak di Kota Tua, Yerusalem, dan tidak jauh dari Bethlehem diperkirakan akan didatangi 50 ribu jemaah yang menunaikan ibadah salat Jumat. Departemen Wakaf Jerusalem, yang mengelola kompleks tersebut, tidak mengumumkan soal pembatalan salat Jumat.
Hanya disebutkan oleh Departemen Wakaf Jerusalem bahwa gedung-gedung di kompleks itu telah disemprot disinfektan dan khotbah akan disampaikan secara singkat.
Dalam pernyataannya, Departemen Wakaf Jerusalem juga menyerukan agar para jemaah yang hendak salat di masjid tersebut untuk mengikuti prosedur keamanan dan menjaga kebersihan.
Lebih lanjut, otoritas Palestina juga mengumumkan larangan-larangan lainnya untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. Salah satunya melarang acara perkumpulan yang dihadiri lebih dari 1.000 orang di area-area terbuka dan melarang acara yang dihadiri lebih dari 50 orang di dalam area tertutup.
Seluruh konferensi internasional yang dijadwalkan akan digelar di Palestina, juga ditunda. Para pejabat Palestina dilarang terbang ke luar negeri dan seluruh agenda latihan militer di luar negeri dihentikan sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Kementerian Kesehatan mengimbau warga Palestina untuk tidak panik. Ditegaskan bahwa langkah-langkah untuk mencegah penyebaran virus corona telah diambil sesuai dengan standar internasional.
Usai seruan penutupan sementara sejumlah fasilitas, otoritas Israel menutup (lockdown) kota Bethlehem setelah otoritas Palestina mengonfirmasi adanya kasus virus corona di wilayah tersebut. Penutupan ini berlaku bagi seluruh warga Israel dan Palestina.
Seperti dilansir AFP, Jumat (6/3/2020), langkah ini diumumkan Israel setelah otoritas Palestina mengonfirmasi tujuh warganya positif virus corona di kota Bethlehem, Tepi Barat, Yerusalem bagian selatan. Otoritas Palestina juga mengumumkan pemberlakuan masa darurat selama 30 hari. Tidak hanya itu, otoritas Palestina juga memberlakukan larangan turis selama dua pekan ke depan untuk wilayah Tepi Barat dan membatalkan perkumpulan yang dihadiri banyak orang.
Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan penutupan atau lockdown terhadap Bethlehem dalam pernyataannya pada Kamis (5/3) waktu setempat. Diketahui bahwa Israel menguasai seluruh akses masuk ke Tepi Barat, namun pemerintah Palestina memiliki otonomi terbatas di kota-kota yang ada di wilayah itu.
"(Seluruh warga Israel dan Palestina) Dilarang masuk atau meninggalkan kota (Bethlehem)," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Israel.
Ditambahkan Kementerian Pertahanan Israel bahwa keputusan untuk menutup kota Bethlehem ini diketahui oleh Palestina. "Dengan koordinasi bersama Otoritas Palestina," imbuh pernyataan itu.
Tidak disebutkan lebih lanjut berapa lama penutupan kota Bethlehem akan dilakukan. Diketahui bahwa otoritas Israel sejauh ini mengonfirmasi 17 kasus virus corona di wilayahnya.