Hosni Mubarak, 'Pria Kuat' yang 30 Tahun Memimpin Mesir dengan Tangan Besi

Hosni Mubarak, 'Pria Kuat' yang 30 Tahun Memimpin Mesir dengan Tangan Besi

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 25 Feb 2020 20:26 WIB
FILE - In this April 25, 2016 file photo, ousted former Egyptian President Hosni Mubarak waves to  supporters from his room at the Maadi Military Hospital, where he is hospitalized, as they celebrate Sinai Liberation Day that marks the final withdrawal of all Israeli military forces from Egypts Sinai Peninsula in 1982, in Cairo, Egypt. Egypts State TV said Tuesday, Feb. 25, 2020, that the countrys former President Hosni Mubarak, ousted in the 2011 Arab Spring uprising, has died at 91. Mubarak, who was in power for almost three decades, was forced to resign on Feb. 11, 2011, following 18 days of protests around the country.  (AP Photo/Amr Nabil, File)
Hosni Mubarak dalam foto tahun 2016 (AP Photo/Amr Nabil, File)
Kairo -

Hosni Mubarak yang pernah dijuluki sebagai pria kuat atau 'strongman' ini memimpin Mesir selama 30 tahun dengan tangan besi. Di bawah kepemimpinannya, warga Mesir hidup di bawah undang-undang darurat yang memberikan wewenang besar pada badan keamanan negara itu.

Seperti dilansir CNN dan Associated Press, Selasa (25/2/2020), selama nyaris tiga dekade memimpin Mesir, Mubarak selamat dari percobaan pembunuhan dan selamat dari penyakit. Dia memberlakukan kebijakan keras dalam memberantas gerakan radikal Islamis di Mesir dan menjaga pakta perdamaian dengan Israel.

Mubarak yang lahir pada Mei 1928 ini menjabat sebagai Presiden ke-4 Mesir pada Oktober 1981, setelah presiden sebelumnya, Anwar Sadat, tewas dibunuh oleh ekstremis Islamis saat menyaksikan parade militer. Mubarak saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duduk di sebelah Sadat saat kelompok ekstremis memberondong Sadat dengan tembakan, Mubarak berhasil selamat dengan luka ringan di tangannya.

Begitu menjabat Presiden Mesir, Mubarak menyatakan masa darurat yang melarang aksi unjuk rasa, membatasi kebebasan berbicara dan mengizinkan polisi memenjarakan orang-orang tanpa batasan waktu. Hal ini diberlakukan selama masa kepemimpinannya selama 30 tahun dan membuatnya dituduh melanggar HAM berat oleh organisasi HAM internasional.

ADVERTISEMENT

Tahun 1986, militer Mesir melakukan operasi besar-besaran terhadap pemberontakan dalam tubuh paramiliter. Sekitar 30 ribu orang dijebloskan ke penjara saat kelompok militan setempat menyerang wisatawan tahun 1990-an.

Mubarak lolos dari beberapa kali percobaan pembunuhan, termasuk salah satunya yang terjadi tahun 1995 saat kelompok militan setempat menembaki rombongan kendaraannya saat menghadiri konferensi pan-Afrika di Ethiopia.

Mubarak yang merupakan pilot pesawat pengebom yang ikut pelatihan di Uni Soviet ini membawa Mesir menjadi sekutu utama Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah. Di bawah Mubarak, Mesir menerima bantuan militer senilai lebih dari US$ 1 miliar dalam setahun. Militer Mesir juga turut berkontribusi dalam koalisi pimpinan AS saat mengusir Irak keluar dari Kuwait tahun 1991 lalu.

Namun Mubarak menentang invasi AS ke Irak tahun 2003 dan merasa frustrasi dengan perundingan damai Israel-Palestina, di mana dia menjadi pemain besar. Di sisi lain, AS menjadi semakin kritis terhadap rezim tangan besi Mubarak, khususnya setelah pemilu tahun 2005 dan 2010 yang banyak dikritik pengamat asing.

Di bawah Mubarak, Mesir berhasil menjaga kesepakatan Camp David dengan Israel yang menjadi landasan dari apa yang disebut 'perdamaian dingin' antara kedua negara bertetangga yang sebelumnya saling berperang itu.

Mubarak lengser saat Arab Springs mulai muncul di kawasan Timur Tengah. Usai unjuk rasa besar-besaran di Tunisia pada Januari 2011, yang memicu revolusi akhirnya melengserkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali. Pada 25 Januari 2011, unjuk rasa serupa muncul di jalanan Kairo dan berlangsung selama 18 hari. Mubarak akhirnya terpaksa menyerahkan kekuasaannya pada dewan militer Mesir pada Februari 2011 dan mengasingkan diri ke Sharm el-Sheikh.

Usai lengser, Mubarak menghabiskan waktu berbulan-bulan menjalani berbagai persidangan. Mulai dari kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga berkonspirasi membunuh demonstran yang melawan dirinya. Menyangkal seluruh dakwaan, Mubarak tidak menunjukkan penyesalan. Dia bahkan tidak pernah mengakui menyesal atas jatuhnya banyak korban di bawah pemerintahannya.

Pada Juni 2012, Mubarak dinyatakan bersalah dengan mantan kepala badan keamanan Mesir dan divonis penjara seumur hidup atas dakwaan gagal mencegah pembunuhan 900 demonstran dalam unjuk rasa besar-besaran tahun 2011. Keduanya mengajukan banding dan dibebaskan oleh pengadilan tinggi tahun 2014.

Dibebaskannya Mubarak dari dakwaan itu mengejutkan banyak warga Mesir, dengan ribuan orang turun ke jalanan Kairo untuk menunjukkan kemarahan mereka pada pengadilan tinggi.

Setahun setelahnya, Mubarak dan dua putranya -- pengusaha kaya Alaa dan Gamal -- divonis 3 tahun penjara atas dakwaan korupsi. Kedua putra Mubarak dibebaskan tahun 2015, sedangkan Mubarak menghirup udara bebas tahun 2017. Sejak ditangkap pada April 2011, Mubarak menghabiskan nyaris 6 tahun masa hukumannya di rumah sakit. Usai bebas, dia dibawa ke sebuah apartemen di distrik Heliopolis di Kairo.

Mubarak diketahui memiliki riwayat penyakit sejak lama dan akhir pekan lalu, salah satu putranya, Alaa, menyebut Mubarak dirawat di unit perawatan intensif (ICU). Alaa menyebut Mubarak baru menjalani operasi pada 23 Januari lalu.

Mubarak masih berada dalam perawatan intensif saat meninggal dunia di sebuah rumah sakit militer di Kairo dalam usia 91 tahun. "Memang, 'kita milik Allah dan pada Allah kita akan kembali'. Ayah saya, Hosni Mubarak, meninggal dunia pagi ini," tulis Alaa dalam pernyataan via Twitter.

Halaman 2 dari 3
(nvc/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads