Setidaknya 15 pelancong telah ditolak masuk ke Singapura menyusul diberlakukannya aturan baru sebagai upaya mengendalikan penyebaran wabah virus corona.
Aturan larangan masuk ke Singapura bagi setiap pelancong yang pernah berkunjung ke China itu mulai diberlakukan pada Sabtu (1/2) pukul 23.59 waktu setempat. Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA) menyatakan bahwa hingga Minggu (2/2) pukul 13.00 waktu setempat, sebanyak 15 orang telah ditolak masuk.
"Mereka terdiri dari satu warga Spanyol, satu warga Inggris, dua warga Malaysia, dua warga Amerika Serikat, lima warga China dan lima pemegang paspor India, dikarenakan riwayat perjalanan mereka ke China daratan dalam 14 hari terakhir, atau penangguhan fasilitas visa," kata ICA seperti dilansir Straits Times, Senin (3/2/2020).
Sebelumnya pada Jumat (31/1), pemerintah Singapura mengumumkan bahwa semua pelancong yang tiba dari China daratan yang telah berada di sana dalam 14 hari terakhir, akan dilarang masuk atau transit di Singapura. Ini dilakukan seiring Singapura meningkatkan langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran coronavirus jenis baru asal Wuhan, China.
Simak Video "Menhub: Penerbangan Dari dan Ke China Ditunda Mulai 5 Februari 2020"
Menteri Dalam Negeri Singapura, K. Shanmugam mengatakan, Singapura harus menerapkan larangan tersebut dikarenakan kondisi negeri itu. Dikatakannya, salah satu alasan utama adalah karena ukuran Singapura yang kecil dan populasinya yang padat.
"Kami tahu bahwa virus telah menyebar ke bagian lain dari China, seberapa banyaknya kami tidak tahu, sehingga orang bisa datang dan jika datang, penyebaran di Singapura, dengan kepadatan yang sedemikian kuat bisa sangat besar," kata Shanmugam.
Komisi Kesehatan Nasional China mengonfirmasi bahwa sejauh ini, 361 orang tewas akibat virus corona di daratan utama China. Satu orang lainnya, yang merupakan warga Wuhan, meninggal akibat virus corona di Filipina. Total 362 orang tewas akibat virus yang pertama kali muncul di Wuhan ini.
Total 17.205 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah China hingga Minggu (2/2) waktu setempat. Jumlah ini melonjak sebanyak lebih dari 2.800 kasus, atau nyaris 20 persen, dibanding sehari sebelumnya.