Jumlah korban tewas akibat wabah virus corona di daratan utama China telah melampaui jumlah korban jiwa akibat wabah sindrom pernapasan akut berat (SARS) yang terjadi tahun 2003 lalu.
Seperti dilansir CNN dan AFP, Senin (3/2/2020), data Komisi Kesehatan Nasional China mengonfirmasi 361 orang tewas akibat virus corona di daratan utama China. Satu orang lainnya, yang merupakan warga Wuhan, meninggal akibat virus corona di Filipina. Total 362 orang tewas akibat virus yang pertama kali muncul di Wuhan ini.
Total 17.205 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah China hingga Minggu (2/2) waktu setempat. Jumlah ini melonjak sebanyak lebih dari 2.800 kasus, atau nyaris 20 persen, dibanding sehari sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dibandingkan, wabah SARS tahun 2003 lalu menginfeksi 5.327 orang di daratan utama China. Korban tewas akibat SARS di wilayah China mencapai 349 orang.
Wabah SARS yang juga disebabkan oleh patogen yang mirip dengan virus corona baru asal Wuhan dan juga berasal dari China, menewaskan 774 orang di China dan berbagai negara. Selain China, korban tewas terbanyak akibat SARS ada di wilayah Hong Kong.
Kembali pada virus corona atau yang disebut 2019-Novel Coronavirus (2019-nCoV), lebih dari 175 kasus terkonfirmasi di sedikitnya 24 negara. Banyak negara mulai menutup perbatasan dari para pengunjung dari China, dengan maskapai-maskapai membatalkan penerbangan dari dan ke negara itu.
Simak Video "Kominfo Temukan 54 Hoax Terkait Virus Corona"
Kekhawatiran terbesar atas virus corona dipicu oleh kurangnya pengobatan terkonfirmasi atau protokol perawatan bagi para pasien yang terinfeksi.
CNN melaporkan bahwa virus corona tampaknya lebih mudah menular -- mesti tidak sama mematikan -- dibanding SARS. Menurut CNN, sekitar 10 persen kasus SARS berujung kematian, sedang jumlah kasus virus corona Wuhan yang berujung kematian saat ini mencapai level 2 persen.
Pada Minggu (2/2) waktu setempat, sejumlah dokter di Thailand menyatakan mereka berhasil menyembuhkan salah satu pasien virus corona dengan kombinasi obat antivirus.
Dr Kriangsak Atipornwanich dari Rumah Sakit Rajavithi di Bangkok menyatakan dalam konferensi pers bahwa dirinya merawat seorang pasien wanita asal China yang berusia 71 tahun dengan kombinasi obat yang digunakan untuk HIV dan penanganan flu. Disebutkan Atipornwanich bahwa pasien itu sebelumnya hanya dirawat dengan obat anti-HIV saja. Hasil tes laboratorium terbaru, sebut Atipornwanich, menunjukkan bahwa tidak ada lagi bekas virus corona dalam sistem pernapasan pasien itu.
Beberapa rumah sakit di Beijing juga sebelumnya dilaporkan menggunakan obat HIV untuk merawat pasien virus corona, namun tidak jelas apakah mereka berhasil menyembuhkan para pasien. Meskipun diketahui bahwa laporan Komisi Nasional Kesehatan China menyebut ada 475 pasien virus corona yang dinyatakan sembuh.