Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Jumat (17/1/2020), tiga tersangka yang ditangkap FBI ini terdiri atas dua warga AS bernama Brian Lemley (33) dan William Bilbrough (19), serta satu warga Kanada bernama Patrik Jordan Mathews (27).
Jaksa-jaksa federal di Greenbelt, Maryland mengumumkan pada Kamis (16/1) waktu setempat, bahwa ketiga tersangka didakwa atas pelanggaran aturan kepemilikan senjata api. Disebutkan dalam dakwaan bahwa ketiga tersangka kedapatan merakit senjata otomatis ilegal dan memesan lebih dari 1.500 butir amunisi. Ketiganya juga dituduh mengangkut senjata api dan amunisi dengan niat melakukan kejahatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lemley dan Bilbrough juga dijerat dakwaan terkait mengangkut dan menyembunyikan seorang warga negara asing -- merujuk pada Mathews -- secara ilegal. Menurut FBI, Mathews masuk ke wilayah AS secara ilegal dan bertemu Lemley dan Bilbrough di Minnesota, yang kemudian membawanya ke Maryland.
Mathews yang seorang teknisi tempur pada pasukan cadangan militer Kanada ini, terlatih soal peledak. Dia dilaporkan hilang di Kanada sejak Agustus 2019 setelah dinonaktifkan dari tugas militernya terkait aktivitas neo-Nazi.
Disebutkan oleh jaksa-jaksa federal AS bahwa ketiga tersangka merupakan anggota 'The Base' yang digambarkan sebagai jaringan internasional dari para nasionalis kulit putih yang memiliki kamp pelatihan paramiliter.
Ketiga tersangka, menurut FBI, membahas soal perakitan bom secara online dan berencana untuk 'melakukan aksi kekerasan terhadap komunitas minoritas'.
Penangkapan ketiga tersangka ini dilakukan sehari setelah Gubernur Virginia, Ralph Northam, menetapkan 'masa darurat' menjelang aksi demo membela hak kepemilikan senjata api yang akan digelar di Richmond, ibu kota negara bagian Virginia pada Senin (20/1) mendatang. Northam menyebut ada 'ancaman kredibel' untuk aksi kekerasan dari kelompok nasionalis kulit putih dalam aksi itu. Dia melarang segala jenis senjata api dibawa dalam aksi tersebut.
Dakwaan terhadap ketiga tersangka tidak menyebut rencana serangan bersenjata dalam waktu dekat. Namun dituturkan seorang pejabat penegak hukum AS, seperti dikutip media-media AS termasuk Associated Press, ketiga tersangka berencana untuk menghadiri aksi demo pro-senjata api di Virginia.
Aksi di Virgina itu bertujuan memprotes aturan hukum baru yang melarang senjata api di dalam gedung legislatif setempat. Otoritas Virginia menyampaikan kekhawatiran besar soal potensi tindak kekerasan dalam aksi tersebut, di mana banyak demonstran bisa membawa senjata api.
Salah satu tersangka, Bilbrough, diketahui pernah membahas soal rencana pergi ke Ukraina untuk bertempur bersama para 'nasionalis'. Bahkan menurut asisten jaksa federal AS, Thomas Windom, Bilbrough yang pernah ikut kamp pelatihan ala militer menyamakan kelompok ekstremis 'The Base' dengan militan Al-Qaeda.
Atas dakwaan melanggar aturan kepemilikan senjata api, mereka terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara. Sedangkan untuk dakwaan menyembunyikan warga asing, Lemley dan Bilbrough terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini