Qasem Soleimani, Jenderal Iran yang Jadi Ikon Lawan AS

Qasem Soleimani, Jenderal Iran yang Jadi Ikon Lawan AS

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 03 Jan 2020 19:21 WIB
Qasem Soleimani dalam foto tahun 2015 (Office of the Iranian Supreme Leader via AP, File)
Teheran - Bagi warga Iran, sosok Mayor Jenderal Qasem Soleimani secara luas mewakili figur ketahanan nasional dalam menghadapi tekanan Amerika Serikat (AS) secara berkelanjutan selama empat dekade terakhir.

Namun bagi AS dan sekutunya, Israel, sosok Soleimani yang berusia 62 tahun ini merupakan sosok samar dalam komando pasukan proxy Iran, yang bertanggung jawab atas para petempur di Suriah yang mendukung Presiden Bashar al-Assad dan bertanggung jawab atas kematian tentara-tentara AS di Irak.

Seperti dilansir Associated Press, Jumat (3/1/2020), Soleimani bertahan dalam kengerian perang Iran-Irak yang berkepanjangan tahun 1980-an silam, sebelum memegang pimpinan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran. Jabatan itu membuatnya bertanggung jawab atas operasi asing Garda Revolusi Iran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sosok Soleimani tidak begitu dikenal di Iran hingga tahun 2003 saat militer AS menginvasi Irak. Popularitas Soleimani meningkat, bersama dengan sifat misteriusnya, setelah para pejabat AS saat itu menyerukan pembunuhannya.

Satu setengah dekade kemudian, Soleimani menjadi komandan medan perang Iran yang paling dikenal. Dia mengabaikan seruan untuk masuk dunia politik, namun tetap menjadi sosok berpengaruh, bahkan lebih dari kepemimpinan sipil Iran sendiri.

"Garis terdepan dalam perang adalah surga manusia yang hilang," sebut Soleimani dalam sebuah wawancara tahun 2009 lalu.

"Satu jenis surga yang digambarkan bagi umat manusia adalah aliran sungai, bidadari cantik dan padang rumput hijau. Tapi ada jenis surga lainnya. ... Garis terdepan dalam perang adalah surga yang hilang bagi manusia," sebutnya dalam wawancara tersebut.


Tonton juga Jenderal Garda Revolusi Tewas Akibat Serangan Udara AS, Iran Marah! :



Serangan udara AS menewaskan Soleimani pada Jumat (3/1) pagi waktu setempat. Saat itu, Soleimani baru saja mendarat di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Departemen Pertahanan AS mengungkapkan bahwa Presiden Donald Trump memerintahkan pembunuhan Soleimani untuk 'melindungi personel AS di luar negeri'.

Soleimani pernah beberapa kali dirumorkan tewas. Beberapa rumor menyebut Soleimani tewas dalam kecelakaan pesawat tahun 2006 di Iran yang menewaskan sejumlah pejabat militer dan dalam pengeboman di Damaskus, Suriah tahun 2012 yang menewaskan ajudan top Assad. Rumor terbaru menyebut Soleimani tewas saat memimpin pasukan loyalis Assad bertempur di Aleppo tahun 2015.

Soleimani yang lahir pada 11 Maret 1957 ini dilaporkan tumbuh besar di dekat pegunungan dan kota bersejarah Rabor di Iran. Namun laporan Departemen Luar Negeri AS menyebut dia dilahirkan di Qom. Sangat sedikit informasi soal masa kecil Soleimani. Informasi lokal Iran menyebut ayahnya seorang petani yang menerima sebidang tanah dari Shah Mohammad Reza Pahlavi, namun kemudian terlilit utang.


Umur 13 tahun, Soleimani disebut bekerja di bidang konstruksi, sebelum kemudian bekerja sebagai pegawai pada Kerman Water Organization. Saat revolusi pecah di Iran tahun 1979, Soleimani bergabung dengan Garda Revolusi Iran. Dia ditugaskan di Iran bagian barat laut yang bertugas meredam kerusuhan Kurdi.

Sesaat kemudian, Irak menginvasi Iran dan pecahnya pertempuran Irak-Iran selama delapan tahun yang menewaskan lebih dari 1 juta orang. Saat itu, Iran mengirimkan gelombang tentara bersenjata ringan ke ladang ranjau dan menghadapi tentara Irak. Unit yang dipimpin Soleimani dan beberapa unit lainnya sempat diserang senjata kimia Irak.

Setelah perang Irak-Iran berakhir, Soleimani menghilang dari publik selama bertahun-tahun. Para pengamat menyebut hal ini dipicu oleh perbedaan pendapat antara Soleimani dengan Hashemi Rafsanjani, yang kemudian menjabat Presiden Iran tahun 1989-1997.

Setelah Rafsanjani lengser, Soleimani menjabat sebagai Komandan Pasukan Quds, yang merupakan unit yang bertanggung jawab atas misi luar negeri Garda Revolusi Iran. Dia juga diketahui dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang sempat menjadi wali nikah bagi putri Soleimani.

Sebagai Komandan Pasukan Quds, Soleimani mengawasi operasional asing Garda Revolusi Iran di berbagai negara. Dia diketahui mulai menargetkan warga Amerika dalam operasinya setelah invasi AS ke Irak tahun 2003 dan pelengseran Saddam Hussein.

Pemerintah AS dan PBB menempatkan Soleimani dalam daftar sanksi sejak tahun 2007, meskipun dia tetap bisa bepergian ke berbagai negara. Tahun 2011, otoritas AS menetapkan Soleimani sebagai terdakwa dalam rencana Pasukan Quds untuk menyewa salah satu kartel narkoba Meksiko untuk membunuh seorang diplomat Arab Saudi.


Kepopulerannya meningkat saat konflik Suriah dan meluasnya ekspansi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Iran, yang menjadi pendukung utama rezim Assad, mengirimkan Soleimani ke Suriah beberapa kali untuk memimpin serangan terhadap ISIS dan kelompok pemberontak yang menentang Assad.

Sementara koalisi pimpinan AS fokus pada serangan udara terhadap ISIS, sejumlah kemenangan pasukan Irak dalam pertempuran darat banyak dipimpin oleh Soleimani yang diketahui tidak pernah memakai rompi antipeluru. Diketahui bahwa Iran, sama seperti AS, juga merupakan sekutu utama Irak.

"Soleimani telah mengajarkan kami bahwa kematian adalah awal dari kehidupan, bukan akhir dari kehidupan," ucap salah satu komandan milisi Irak yang pro-Iran.

Halaman 2 dari 3
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads