Dituduh Perintahkan Bunuh Model Mongolia, Begini Reaksi Najib Razak

Dituduh Perintahkan Bunuh Model Mongolia, Begini Reaksi Najib Razak

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 17 Des 2019 11:38 WIB
Mantan PM Malaysia, Najib Razak, berulang kali membantah keterlibatan dalam kasus pembunuhan model Mongolia ini (Reuters)
Kuala Lumpur - Najib Razak menanggapi pengakuan seorang mantan polisi Malaysia yang menyebut mantan Perdana Menteri (PM) itu telah memerintahkan pembunuhan terhadap seorang model Mongolia bernama Altantuya Shaariibuu.

Dalam tanggapannya, seperti dilansir dilansir The Star, Selasa (17/12/2019), Najib menyebut pengakuan yang disampaikan Azilah Hadri -- mantan polisi yang menjadi eksekutor Altantuya -- itu sebagai 'rekayasa sepenuhnya'.

"Pembunuhan Altantuya terjadi 13 tahun lalu. Kasus ini telah melewati persidangan selama ratusan hari dan bertahun-tahun di Pengadilan Tinggi, Pengadilan Banding, Pengadilan Federal, yang akhirnya dijatuhkanlah hukuman mati," sebut Najib dalam tanggapannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saya menginstruksikan staf saya untuk mengajukan laporan polisi soal kasus ini tahun lalu. Kepolisian menyatakan tidak ada bukti yang mengaitkan saya dengan kasus ini," tegas Najib yang menjabat Wakil PM Malaysia saat pembunuhan Altantuya terjadi pada Oktober 2006 lalu.

"Satu polisi lainnya yang dijatuhi hukuman mati juga telah bersumpah bahwa saya tidak terlibat," imbuh Najib merujuk pada Sirul Azhar Umar, mantan polisi yang juga jadi eksekutor Altantuya.

Pengakuan Azilah itu disampaikan via sebuah pernyataan tertulis di bawah sumpah atau statutory declaration (SD) yang diajukan bersama permohonan kepada Pengadilan Federal Malaysia untuk mengkaji vonis mati terhadap Azilah dan Sirul.

Dalam pernyataan itu, Azilah menjelaskan secara detail momen saat dirinya diperintahkan Najib untuk 'menembak mati' Altantuya yang disebut sebagai 'mata-mata asing yang berbahaya'. Perintah itu diberikan Najib secara verbal saat dia memanggil Azilah ke rumahnya di Pekan pada 17 Oktober 2006.

Disebutkan oleh Azilah bahwa Najib memerintahkan agar jenazah Altantuya diledakkan usai ditembak mati. Menurut Azilah, saat dirinya bertanya soal tujuan menghancurkan mata-mata asing dengan peledak, Najib menjawab: "Musnahkan jasad mata-mata asing dengan alat peledak untuk menghilangkan jejak."

Dalam pernyataan terpisah via Facebook, Najib mempertanyakan mengapa detail soal kasus itu baru muncul sekarang. "Tiba-tiba ada detail soal (Altantuya menjadi) mata-mata Rusia dan tuduhan bahwa saya memerintahkan pembunuhannya karena dia seorang mata-mata," tulis Najib.


"Bahkan pengacaranya (Azilah) terkejut oleh pernyataan yang dibuat kliennya," imbuhnya merujuk pada pengacara Azilah, Hazman Ahmad, yang menyangkal terlibat dalam penyusunan pernyataan Azilah itu.

"Jika Anda ingin mempercayai pernyataan dari orang yang telah divonis mati, maka kita juga harus mempercayai testimoni yang menyebut calon perdana menteri ke-8 berupaya melecehkan asisten prianya tahun lalu?" sebut Najib merujuk pada politikus Anwar Ibrahim yang kembali terjerat kasus pelecehan seks.

Tidak lupa, Najib juga mengkritik pemerintahan Pakatan Harapan yang dipimpin oleh PM Mahathir Mohamad. "Pakatan sekarang punya fobia untuk menjadi pemerintahan satu periode, jadi mereka memunculkan konspirasi baru untuk melawan dan menuduh saya," ujar Najib menuduh.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads