Seperti dilansir Reuters, Selasa (29/10/2019), sejumlah sumber medis dan keamanan setempat menuturkan bahwa sedikitnya 14 demonstran tewas setelah pasukan keamanan Irak melepas tembakan dengan peluru tajam ke arah demonstran di kota Kerbala.
Sekitar 865 orang lainnya mengalami luka-luka hanya dalam waktu semalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga demonstran lainnya tewas di kota Nassiriya. Menurut sumber-sumber medis setempat, ketiganya tewas akibat luka-luka yang dialami saat kerusuhan yang pecah sebelumnya.
Aksi warga Irak turun ke jalanan memasuki hari keempat pada Senin (28/10) waktu setempat. Aksi ini merupakan gelombang kedua untuk memprotes pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi dan elite-elite politik yang disebut korup dan tak terjangkau hukum.
Total korban tewas dalam unjuk rasa berujung kerusuhan yang mulai terjadi pada 1 Oktober lalu, saat ini mencapai sedikitnya 250 orang.
Kerusuhan yang dipicu oleh ketidakpuasan rakyat Irak atas kesulitan ekonomi dan korupsi yang mengakar ini, merusak stabilitas yang menyelimuti Irak dalam dua tahun terakhir. Diketahui bahwa antara tahun 2003 hingga 2017, Irak dilanda pendudukan asing, perang sipil dan serangan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Dalam aksi pada Senin (28/10) waktu setempat, pasukan keamanan Irak menembakkan gas air mata ke arah para siswa sekolah menengah dan mahasiswa yang ikut dalam aksi protes. Para siswa dan mahasiswa itu mengabaikan peringatan PM Abdul Mahdi, dan bergabung dengan ribuan orang lainnya dalam unjuk rasa antipemerintah di Baghdad.
Para tentara Irak kepergok memukuli siswa-siswa sekolah menengah dengan tongkat di sedikitnya dua distrik Baghdad. Kementerian Pertahanan Irak dalam pernyataannya mengecam insiden pemukulan itu dan menegaskan para tentara semacam itu tidak mewakili militer Irak secara keseluruhan.
Tidak disebutkan lebih lanjut apakah tentara-tentara Irak itu akan dihukum atas aksi kekerasan mereka.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini