Seperti dilaporkan kantor berita AFP, Jumat (4/10/2019), aparat keamanan Irak menembaki langsung ke para demonstran, bukan ke udara. Belum ada keterangan mengenai korban dalam insiden tersebut.
Sebelumnya pada Kamis (3/10) waktu setempat, ribuan demonstran kembali turun ke jalan untuk memprotes tingginya korupsi, pengangguran dan buruknya layanan publik di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Adel Abdel Mahdi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdel Mahdi malah membela pencapaian yang diraih pemerintahnya dan menjanjikan tunjangan bulanan untuk keluarga-keluarga yang membutuhkan, serta meminta waktu untuk menerapkan agenda reformasi yang dijanjikannya tahun lalu.
Para demonstran bertekad untuk terus menggelar aksi mereka.
"Kami akan terus berdemo sampai pemerintahan tumbang," cetus Ali (22), lulusan universitas yang belum mendapat pekerjaan.
"Saya tak punya apapun kecuali 250 lira (US$ 0,20) di saku saya sementara pejabat-pejabat pemerintah punya jutaan," cetusnya seperti dikutip kantor berita AFP, Jumat (4/10/2019).
Para polisi dan tentara yang menggunakan senjata otomatis, tampak mengarahkan senjata mereka ke para demonstran. "Mengapa polisi menembaki warga Irak? Mereka menderita seperti kami -- mereka harusnya membantu dan melindungi kami," kata seorang demonstran, Abu Jaafar memprotes tindakan polisi.
Aksi-aksi demo tersebut telah menewaskan 31 orang, termasuk dua polisi dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka. Aksi protes ini dimulai pada Selasa (1/10) di Baghdad dan menyebar ke wilayah-wilayah selatan Irak yang dihuni mayoritas warga Syiah. Sejumlah kota telah menerapkan aturan jam malam namun para demonstran tetap membanjiri jalan-jalan.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini