"Yaman merupakan target bombardir setiap hari... Rakyat Yaman terpaksa untuk merespons, mereka hanya membela diri mereka," ujar Rouhani dalam konferensi pers di Ankara saat kunjungannya ke Turki seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (17/9/2019).
Diketahui bahwa Arab Saudi dan koalisi negara-negara Teluk telah melancarkan serangan-serangan udara terhadap pemberontak Houthi di Yaman sejak tahun 2015. Banyak warga sipil Yaman tewas akibat serangan udara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan drone pada Sabtu (14/9) lalu menargetkan fasilitas minyak di Abqaiq dan Khurais, dua fasilitas utama Aramco yang terletak di wilayah Saudi bagian timur pada Sabtu (14/9) dini hari waktu setempat.
Fasilitas Abqaiq yang berlokasi 60 kilometer sebelah barat daya kantor utama Aramco di Dhahran, merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco. Sedangkan fasilitas Khurais yang berjarak 250 kilometer dari Dhahran, menjadi lokasi ladang minyak utama Aramco. Houthi telah mengklaim serangan drone tersebut, meski pemerintah AS membantahnya dan menyalahkan Iran atas serangan itu.
Pemerintah Iran juga telah membantah berada di balik serangan drone tersebut. Teheran menyebut bahwa pemerintahan Trump tengah mencari-cari dalih untuk menjustifikasi serangan balasan terhadap negara republik Islam itu.
Bulan lalu, serangan yang diklaim oleh pemberontak Houthi di Yaman, memicu kebakaran di fasilitas pencairan gas alam Shaybah yang juga milik Saudi Aramco. Tidak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.
Beberapa bulan terakhir, pemberontak Houthi meningkatkan serangan lintas-perbatasan, baik dengan rudal maupun drone, yang menargetkan pangkalan udara Saudi atau fasilitas lainnya. Serangan semacam ini disebut sebagai pembalasan atas operasi militer pimpinan Saudi di Yaman. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini