Sri Lanka masih dalam kondisi waspada tinggi setelah serangan bom pada 21 April lalu mengguncang tiga hotel dan tiga gereja saat perayaan Paskah. Otoritas Sri Lanka meyakini ada sembilan pengebom bunuh diri dalam serangan itu, yang terkait militan lokal yang dipimpin seorang ulama lokal yang radikal bernama Zahran.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (11/5/2019), Kementerian Urusan Agama dan Budaya Islam dalam pernyataannya menegaskan bahwa setiap masjid tidak diperkenankan membiarkan adanya radikalisasi para jemaah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan juga bahwa seluruh masjid harus menyerahkan salinan setiap ceramah dan khotbah yang disampaikan di dalam masjid masing-masing.
Zahran yang disebut sebagai dalang utama serangan bom di Sri Lanka diketahui telah menyatakan sumpah setia pada Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dia juga diketahui pernah bepergian ke India dan pernah berkomunikasi dengan para militan di sana.
Di Sri Lanka, Zahran yang memiliki nama lengkap Mohamed Hashim Mohamed Zahran ini memimpin sebuah kelompok militan lokal bernama Jamaah Tauhid Nasional (NTJ). Awal pekan ini, otoritas Sri Lanka menemukan sebuah kamp pelatihan di pinggiran Kattankudy -- kampung halaman Zahran -- yang diyakini pernah dipakai sebagai lokasi pelatihan menembak dan merakit bom oleh para militan terkait rentetan bom Paskah.
Operasi besar-besaran untuk memberantas militan dan ekstremis terus digencarkan di Sri Lanka. Sedikitnya 56 tersangka masih ditahan hingga kini, terkait aktivitas militan. Kepolisian Sri Lanka menyatakan pihaknya telah membunuh atau menangkap seluruh militan yang bertanggung jawab atas serangan bom Paskah, namun serangan teror selanjutnya masih mungkin terjadi.
Tidak hanya itu, Sri Lanka juga mengusir 200 ulama asing yang kedapatan melanggar ketentuan visa mereka.
(nvc/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini