Seperti dilansir AFP, Jumat (5/4/2019), insiden ini dilaporkan oleh badan anak-anak PBB atau UNICEF dalam pernyataan terbarunya. Disebutkan UNICEF bahwa ledakan bom itu terjadi pada Rabu (3/4) waktu setempat, di dalam Sekolah Al-Fatah yang ada di distrik Hamdan, Sanaa yang dikuasai pemberontak Houthi.
Menurut UNICEF, insiden ini berawal saat salah satu anak menemukan bom yang belum meledak itu dan membawanya ke sekolahnya. Bom itu kemudian dipamerkan si anak kepada teman-temannya di sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itulah tiba-tiba bom meledak. Anak-anak yang menjadi korban dilaporkan berusia antara 12-14 tahun.
UNICEF menyatakan bahwa anak-anak seringkali menjadi korban bom atau perlengkapan perang yang belum meledak, karena mereka tidak menyadari bahaya yang dimiliki objek-objek tersebut.
"Kemungkinan besar, seperti yang sudah kita lihat di Suriah, Irak dan di wilayah lainnya, bahwa anak-anak akan terus menjadi korban bahkan saat terjadi jeda dalam konflik atau saat kekerasan berakhir," sebut Kepala Komunikasi UNICEF untuk wilayah setempat, Juliette Touma.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan nyaris 10 ribu warga Yaman dalam konflik sejak tahun 2015, saat Arab Saudi dan sekutu-sekutunya melancarkan operasi militer untuk membantu pemerintah Yaman melawan Houthi yang melakukan pemberontakan.
Kelompok-kelompok HAM global menyebut jumlah korban tewas yang sebenarnya jauh lebih banyak. Konflik Yaman yang tak kunjung berakhir telah membawa jutaan warga Yaman di ambang kelaparan massal. PBB menyebut konflik Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini