Sebagai respons, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad akan 'melegalkan' ribuan rumah permukiman yang selama ini dianggap dibangun secara ilegal oleh Israel.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah pasukan keamanan Israel menewaskan dua tersangka pembunuh Palestina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Militer Israel menyatakan, dalam insiden itu, seorang warga Palestina keluar dari mobilnya di tempat pemberhentian bus di dekat permukiman Ofra di Tepi Barat, sebelum kemudian menembaki para tentara dan warga sipil. Dua tentara tewas dan setidaknya dua orang lainnya -- termasuk seorang tentara -- terluka dalam insiden itu. Pelaku penembakan berhasil melarikan diri dari lokasi kejadian.
"Kami sedang mencari teroris tersebut. Kami akan menemukan dia," demikian pernyataan militer Israel di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/12/2018).
Menyusul serangan itu, militer Israel menyerbu kota terdekat, Ramallah. Jalan-jalan masuk dan keluar kota tersebut ditutup selama beberapa jam dan militer Israel memasuki sejumlah kawasan. Pasukan Israel akhirnya ditarik mundur ke pinggiran kota pada Kamis (13/12) malam waktu setempat.
Penembakan di tempat pemberhentian bus itu terjadi hanya beberapa jam setelah pasukan Israel menewaskan dua warga Palestina. Keduanya dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan di Tepi Barat yang menewaskan tiga warga Israel, termasuk seorang bayi.
Sayap bersenjata Hamas mengklaim kedua warga Palestina itu sebagai "pejuangnya". Salah satu dari mereka, Salah Barghouti (29) dituduh menembak tujuh warga Israel pada Minggu (9/120 waktu setempat, juga di sebuah tempat pemberhentian bus di dekat permukiman Ofra.
Saksikan juga video 'Israel Lancarkan Operasi Penumpasan Terowongan Hizbullah':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini