Seperti dilansir Reuters, Senin (24/9/2018), para pendukung Navalny melaporkan penangkapan kembali menjerat Navalny setelah dia selesai menjalani masa hukuman untuk pelanggaran sebelumnya.
Kementerian Dalam Negeri Rusia belum menanggapi laporan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan terpisah, sekutu Navalny, Leonid Volkov, menuturkan via Twitter bahwa Navalny dibawa ke salah satu kantor polisi setempat, sesaat setelah dia keluar dari penjara. Disebutkan Volkov bahwa Navalny kembali ditangkap atas tuduhan melanggar aturan unjuk rasa.
Kasus terbaru Navalny ini akan disidangkan pada Senin (24/9) waktu setempat. Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh, menyebut Navalny terancam hukuman denda dan hukuman penjara selama 20 hari atas pelanggaran itu.
Dalam kasus sebelumnya, Navalny harus mendekam selama 30 hari di penjara karena dituduh merencanakan unjuk rasa tanpa izin di Moskow pada Januari lalu. Unjuk rasa itu menyerukan boikot terhadap pemilihan presiden Rusia yang disebutnya rawan kecurangan.
Baca juga: Demo Putin, Pemimpin Oposisi Rusia Ditangkap |
Pada saat itu, Navalny menyebut penangkapan dan penahanan dirinya sengaja dirancang untuk mencegahnya memimpin unjuk rasa besar-besaran memprotes reformasi pensiun yang digelar 9 September lalu. Lebih dari 800 orang lainnya ditahan dalam unjuk rasa di berbagai wilayah itu.
Dituturkan pengacara pada yayasan antikorupsi Navalny, Lyubov Sobol, bahwa Navalny kembali menjadi target pemerintah Rusia karena unjuk rasa memprotes reformasi pensiun itu. "Mereka (pemerintah Rusia-red) mengisolasi politikus dan pemimpin oposisi," sebutnya.
Diketahui bahwa reformasi pensiun yang mengatur kenaikan batas usia pensiun, telah menjadi kebijakan pemerintah paling tidak populer. Gara-gara kebijakan itu, angka popularitas Putin sebagai Presiden Rusia menurun 15 persen dalam beberapa waktu terakhir.
(nvc/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini