Menurut sumber-sumber yang dikutip media Guardian dan CNN, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa wanita Rusia itu secara rutin melakukan pertemuan tak resmi dengan badan intelijen utama Rusia, FSB. Disebutkan bahwa wanita itu dipekerjakan oleh Dinas Rahasia AS atau Secret Service dan mulai dicurigai setelah pemeriksaan keamanan rutin oleh Departemen Luar Negeri AS.
Wanita yang tidak disebut namanya itu mendapat akses ke sistem email dan intranet Secret Service, sehingga dia bisa mendapatkan data sensitif termasuk jadwal-jadwal presiden dan wakil presiden AS. "Tapi dia tak punya akses ke informasi yang sangat rahasia," ujar sumber tersebut seperti dikutip CNN, Jumat (3/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secret Service mencoba menyembunyikan pelanggaran itu dengan memecatnya," ujar sebuah sumber kepada Guardian.
"Kerusakan sudah terjadi tetapi manajemen senior Secret Service tidak melakukan penyelidikan internal untuk menilai kerusakan dan untuk melihat apakah [dia] merekrut karyawan lain untuk memberinya informasi yang lebih banyak," imbuh sumber tersebut.
Atas pemberitaan ini, pihak Departemen Luar Negeri AS menyatakan tidak berkomentar mengenai masalah intelijen.
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini