Dalam surat yang dikirimkan kepada Kementerian Luar Negeri Israel seperti dilansir harian bisnis Israel, Calcalist, Kamis (7/6/2018), Kepala Israel Incoming Tour Operators Association, Yossi Fatal, mengingatkan bahwa keputusan tersebut akan menimbulkan kerugian parah bagi industri pariwisata Israel karena adanya pembatalan penerbangan, hotel, tur wisata dan layanan-layanan lain yang telah dipesan dan dibayar.
Dalam suratnya Fatal mengklaim bahwa Indonesia tidak secara resmi melarang semua warga Israel masuk ke negara tersebut, melainkan hanya menolak izin masuk terhadap sekitar 50 turis Israel yang mengajukan permohonan visa. Menurut kepala asosiasi operator tur itu, respons pemerintah Israel tersebut "tidak proporsional dan kasar."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara dengan Calcalist, Fatal mengatakan bahwa antara 80 dan 100 kelompok-kelompok turis Indonesia, dijadwalkan tiba di Israel dalam tiga pekan mendatang. Namun visa turis temporer mereka kini akan dibatalkan akibat larangan ini.
Pekan lalu, pemerintah Israel mengeluarkan larangan bagi semua warga Indonesia untuk masuk ke negara tersebut, terhitung mulai 9 Juni mendatang. Larangan ini dikeluarkan setelah Indonesia menolak masuk turis-turis Israel, yang dilaporkan sebagai respons atas ketegangan di wilayah Jalur Gaza.
Ketegangan di Gaza telah meningkat sejak Maret lalu, ketika ribuan warga Palestina berunjuk rasa di dekat perbatasan Gaza dengan Israel. Bentrokan antara pasukan Israel dengan para demonstran tersebut telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dan melukai ribuan orang lainnya. (ita/ita)