Dilansir Reuters, Selasa (24/4/2018), sebelum hilang, tiga mahasiswa jurusan film itu terakhir kali terlihat di wilayah Tonala saat mobil mereka mogok. Berdasarkan hasil penyelidikan jaksa Jalisco yang dirilis pekan ini, menunjukkan ketiganya disiksa sebelum dibunuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi para pembunuh itu terdengar mengerikan. Mereka mencoba melenyapkan jenazah korban dengan sebuah cairan.
Pelaku pembunuhan itu merupakan anggota dari kartel narkoba. Rupanya melarutkan jasad korban seperti itu bisa dibilang 'sudah biasa' dilakukan oleh kartel narkoba di Meksiko.
Pada Januari 2009, polisi Meksiko menangkap seseorang berjuluk 'stew maker' atau jika diartikan harfiah menjadi 'pembuat rebusan'. Orang itu bernama Santiago Meza yang mengaku telah 'merebus' 300 jenazah.
Dilansir BBC pada 24 Januari, Meza mengaku tak merasakan apapun saat 'merebus' jenazah. Dia lantas meminta maaf kepada keluarga korban.
Meza memang bukan anggota dari kartel narkoba di Meksiko. Dia juga bukan pelaku pembunuhan.
Hanya saja, Meza kerap diminta oleh bos besar kartel narkoba untuk 'merebus' korban pembunuhan. Meza menjalani tugas ini selama 10 tahun hingga 2009 dengan bayaran sekitar US$ 600 per minggu.
Dalam buku Cartel: The Coming Invasion of Mexico's Drug Wars yang ditulis oleh Sylvia Longmire tahun 2011, cairan yang dipakai para kartel untuk 'merebus' korbannya itu disebut sebagai pozole. Sylvia lantas menyebutkan, cairan itu sebetulnya merupakan lye yang kerap disebut sebagai asam (acid) oleh aparat setempat.
Apa itu lye?
Lye sebetulnya bukan asam (acid), melainkan sodium hidroksida (NaOH) atau potasium hidroksida (KOH). Cairan kimia ini sebetulnya dimanfaatkan pula dalam industri, namun memang memiliki efek korosif.
Cairan lye bisa menyebabkan luka bakar jika terkena kulit. Perlu beberapa jam efeknya untuk meleburkan. Lye akan lebih cepat meleburkan bila dipanaskan atau direbus terlebih dahulu.
(bag/tor)