Seperti dilansir kantor berita Malaysia, Bernama, Selasa (10/4/2018), Ketua EC Malaysia, Mohd Hashim Abdullah, juga mengumumkan bahwa pencalonan bagi para kandidat dalam pemilu ke-14 Malaysia akan dimulai pada Sabtu (28/4) mendatang. Sedangkan pemungutan suara awal akan digelar mulai 5 Mei mendatang, yang juga jatuh pada hari Sabtu.
"Masa kampanye telah ditetapkan selama 11 hari, mulai dari Hari Pencalonan hingga Selasa, 8 Mei, pukul 23.59 waktu setempat," sebut Mohd Hashim dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari markas EC Malaysia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa kampanye untuk pilpres tahun ini jauh lebih pendek dari pilpres 2013 lalu yang ditetapkan selama 15 hari. Pengumuman waktu pelaksanaan pemilu ini dilakukan setelah parlemen Malaysia resmi dibubarkan pada Sabtu (7/4) lalu.
Waktu pemungutan suara secara nasional ditetapkan pada 9 Mei mendatang, yang berarti seminggu sebelum bulan Ramadan tiba, yang diperkirakan pada 17 Mei. Disebutkan juga oleh Mohd Hashim bahwa tanggal dikeluarkannya surat perintah digelarnya pemilu ditetapkan pada 11 April besok.
Ditambahkan oleh Mohd Hashim, pemilu ke-14 Malaysia ini akan memakan dana sekitar 500 juta ringgit dan akan melibatkan sekitar 259.391 pekerja pemilu. Akan ada 8.989 tempat pemungutan suara yang disediakan.
Seperti dilansir Reuters, tergolong jarang bagi pemilu di Malaysia untuk digelar pada tengah minggu. Tanggal 9 Mei jatuh pada hari Rabu. Hal ini memicu kekhawatiran soal keterlibatan para pemilih.
"Ini memicu pertanyaan soal apakah orang-orang bersedia mengambil cuti untuk pulang ke kampung halaman mereka dan ini mengurangi akses para pemilih, kecuali 9 Mei dinyatakan sebagai hari libur nasional," sebut Maria Chin Abdullah, mantan ketua gerakan Bersih yang kini maju caleg bersama kubu oposisi Malaysia.
Oposisi Malaysia memperkirakan pemilu mendatang tidak akan berjalan adil. Terlebih setelah parlemen Malaysia yang didominasi koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Perdana Menteri Najib Razak, meloloskan undang-undang antiberita palsu yang diduga akan menguntungkan PM Najib.
Pemerintah dan EC Malaysia membantah tudingan ini. EC Malaysia menegaskan telah menunjuk 14 pemantau internasional dan 14 pemantau lokal untuk mengawasi jalannya proses pemilu nantinya.
Dalam pemilu tahun ini, PM Najib dihadapkan pada penantang yang cukup tangguh, yakni mantan mentornya yang kini menjadi pemimpin oposisi Malaysia, Mahathir Mohamad. Pelaksanaan pemilu juga dibayangi skandal korupsi perusahaan investasi negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB). PM Najib dan pihak 1MDB telah menyangkal adanya tindak pidana.
(nvc/ita)