Seperti dilansir AFP, Senin (26/2/2018), polisi Turki mendatangi sebuah asrama mahasiswa dan sebuah rumah di kompleks Universitas Bogazici pada Minggu (25/3) subuh waktu setempat. Tiga mahasiswa, yang terdiri atas dua pria dan satu wanita, ditangkap dalam operasi itu.
Pengacara para mahasiswa itu, Inayet Aksu, menuturkan kepada AFP bahwa empat mahasiswa lainnya telah ditahan secara bertahap sejak pekan lalu. Total ada tujuh mahasiswa yang telah ditahan polisi Turki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketegangan menyelimuti kampus Universitas Bogazici karena pandangan yang terbelah soal operasi lintas perbatasan militer Turki di Suriah. Sekelompok mahasiswa kampus Bogazici awalnya melakukan aksi bagi-bagi manisan khas Turki yang diberi nama 'Afrin delight' untuk mengenang para tentara Turki yang gugur dalam operasi di Afrin, Suriah yang sudah berlangsung selama dua bulan terakhir.
Tidak sepakat dengan aksi itu, sekelompok mahasiswa lainnya di kampus yang sama menggelar aksi protes. Mereka membawa spanduk-spanduk bertuliskan slogan antiperang. Sejak aksi protes itu terjadi, penahanan mulai dilakukan Kepolisian Turki. Dituturkan pengacara para mahasiswa itu, Aksu, bahwa berdasarkan rekaman video, penahanan para mahasiswa yang melakukan aksi protes dimulai sejak Kamis (22/3) pekan lalu.
"Penyampaian ekspresi semacam itu ... tidak bisa dianggap sebagai tindak kriminal di bawah hukum pidana Turki," tegas Aksu kepada AFP.
Pada Sabtu (24/3) waktu setempat, Erdogan mengecam keras unjuk rasa yang digelar para mahasiswa di Universitas Bogazici. Erdogan menyebut para mahasiswa antiperang itu sebagai 'komunis' dan 'teroris'.
"Sementara para kaum muda ini membagi-bagikan manisan di sana, para kaum muda komunis, pengkhianat berani menyerbu kedai mereka," ucap Erdogan saat berbicara di hadapan jajaran Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) di Samsun, Laut Hitam.
Dalam momen itu, Erdogan juga menyatakan penyelidikan tengah dilakukan dan dia bersumpah akan mencari tahu identitas para mahasiswa yang memprotesnya itu.
Menanggapi penahanan para mahasiswa ini, pelapor Parlemen Eropa di Turki, Kati Piri, menanggapi dengan kritikan. "Pendemo antiperang disebut 'teroris' oleh Presiden Erdogan. Berpikir kritis merupakan hal berbahaya di 'Turki yang baru'," kritiknya via Twitter.
Tidak hanya para mahasiswa ini, otoritas Turki juga telah menahan lebih dari 500 orang yang terang-terangan memprotes operasi militer Turki di Suriah. Tindakan semacam ini memicu kekhawatiran penindasan kebebasan berekspresi di bawah pemerintahan Erdogan, yang menyebut para penentang operasi di Suriah sebagai 'pengkhianat'.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini