Dilansir dari Fox News, Jumat (23/3/2018), peneliti dari Universitas Witwatersrand Karim Sadr mengatakan, pemilk tanah setempat telah tahu soal reruntuhan di Suikerbosrand dekat Johannesburg selama beberapa generasi.
"Para arkeolog dari Universitas saya menggali beberapa wisma di sana pada tahun 1970-an dan 1980-an," kata Sadr kepada Fox News.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sadr telah mengunjungi daerah itu beberapa kali dalam tiga dekade terakhir. Dia menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) untuk mengungkap rahasia 'kota hilang' itu. Gambar-gambar udara yang mendalam menceritakan kisah menarik dari situs arkeologi yang dikenal dengan nama 'SKBR.'
LiDAR menggunakan laser untuk mengukur jarak permukaan Bumi. LiDAR terbukti ampuh mempelajari area yang tertutup vegetasi tebal. LiDAR juga digunakan secara luas dalam aplikasi lain, termasuk mobil di mana memungkinkan kendaraan untuk memiliki pandangan 360 derajat terus menerus.
"Barulah pada tahun 2016 setelah meneliti semua gambaran mendetail itu, saya akhirnya menyadari bahwa deretan wisma itu bukanlah sembarang desa tetapi bagian dari satu entitas; sebuah kota," tutur Sadr.
Situs tersebut diduga pernah ditempati oleh sekumpulan orang yang menggunakan Bahasa Tsawana pada abad ke-15 sampai sekitar 200 tahun lalu. Negara-negara kota Tswana runtuh akibat perang saudara awal abad ke-19. (rna/ita)