Trump Minta Kongres AS Perbaiki Aturan Imigrasi Usai Teror New York

Trump Minta Kongres AS Perbaiki Aturan Imigrasi Usai Teror New York

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 12 Des 2017 10:15 WIB
Situasi di lokasi usai ledakan (REUTERS/Edward Tobin)
Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Kongres AS untuk memperbaiki sistem imigrasi setelah sebuah bom pipa meledak di Manhattan, New York. Pria berusia 27 tahun asal Bangladesh yang menjadi pelaku diketahui masuk ke AS lewat program imigran.

"Serangan percobaan pembunuhan massal di New York City hari ini -- serangan teror kedua di New York dalam dua bulan terakhir -- sekali lagi menyoroti kebutuhan mendesak bagi Kongres untuk menegakkan reformasi legislatif untuk melindungi warga Amerika," ucap Trump dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Selasa (12/12/2017).

"Pertama dan terutama, seperti yang telah saya katakan sejak pertama saya mengumumkan pencalonan saya sebagai presiden, Amerika harus memperbaiki sistem imigrasinya yang longgar, yang membiarkan terlalu banyak orang-orang berbahaya yang tidak diperiksa dengan ketat, untuk masuk ke negara kita," imbuh pernyataan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ditambahkan Trump bahwa pelaku bernama Akayed Ullah ini masuk ke AS melalui program 'extended-family chain migration' yang akan segera dihentikan olehnya. Program itu mengizinkan keluarga yang tinggal di AS untuk menjadi sponsor kerabatnya yang ingin datang ke AS.

Pelaku tiba di AS tahun 2011 dengan visa imigran keluarga F43. Menurut situs Departemen Luar Negeri AS, pemegang visa F43 adalah anak dari imigran yang telah lama tinggal di AS. Pelaku belum berstatus sebagai permanent resident AS.

Trump berharap agar Kongres AS meloloskan reformasi-reformasi imigrasi yang diajukannya. "Meningkatkan jumlah petugas Badan Bea Cukai dan Imigrasi, memperkuat kewenangan menangkap dan menahan bagi para petugas imigrasi dan mengakhirinya penipuan serta penyelewengan dalam sistem imigrasi kita," tegasnya.


Tidak hanya itu, Trump juga menegaskan kembali seruannya agar para pelaku teror 'menerima hukuman paling berat sesuai hukum, termasuk hukuman mati'. Sebelumnya Trump juga menyerukan hukuman mati untuk Sayfullo Saipov, imigran asal Uzbekistan yang menewaskan 8 orang dan melukai 12 orang dalam serangan truk di New York pada Oktober lalu.

Dalam insiden yang terjadi Senin (11/12) pagi waktu setempat ini, bom pipa yang dipakai pelaku meledak sebagian di tengah jalur transportasi bawah tanah New York yang ramai. Pelaku dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan ini. Kepada polisi setempat, pelaku mengaku dirinya terinspirasi serangan teror Natal di Eropa dan memilih lokasi berdasarkan poster-poster di dinding terminal bawah tanah.

(nvc/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads