Seperti dilansir AFP dan Reuters, Rabu (6/12/2017), Tarek yang juga keponakan Saleh (75) ini terlibat bentrokan sengit dengan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Sejak konflik Yaman pecah sekitar 3 tahun lalu, Houthi menguasai Sanaa.
Usai mendiang Saleh berpindah kubu dengan berpihak ke koalisi pimpinan Arab Saudi, pertempuran sengit pecah antara pasukan loyalis Saleh dengan Houthi sejak Minggu (3/12) malam waktu setempat. Meskipun tidak lagi menjabat, sosok Saleh masih dianggap berpengaruh di Yaman dan memiliki banyak loyalis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia mati martir saat berhadapan dengan milisi pengkhianat dan penikam dari belakang, Houthi," demikian bunyi pernyataan dari GPC yang dikirimkan kepada AFP.
Pada Senin (4/12), Houthi mengklaim telah membunuh Saleh dengan menembaknya hingga tewas di Sanaa. Pembunuhan dilakukan setelah Saleh meninggalkan Houthi dan menyatakan dirinya terbuka untuk berunding dengan koalisi pimpinan Saudi untuk membahas solusi konflik Yaman.
Konflik Yaman yang berlangsung selama 3 tahun terakhir ini telah menewaskan lebih dari 8.750 orang, terutama setelah Saudi dan sekutunya menggelar operasi militer di Yaman. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut konflik Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini.
Video 20Detik: Mantan Presiden Yaman Tewas Ditembak Pemberontak
Secara terpisah, putra mendiang Saleh, Ahmed Ali Saleh, telah bersumpah akan membalas dendam kematian ayahnya. Ahmed Ali yang sempat menjadi tahanan rumah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab ini, memberikan pernyataan publik pertama usai kematian ayahnya.
"Saya akan memimpin pertempuran hingga Houthi terakhir dilemparkan keluar dari Yaman ... darah ayah saya akan mendengung di telinga Iran," ucap Ahmed Ali Saleh dalam pernyataannya yang dikutip oleh televisi Saudi, al-Ekbariya.
(nvc/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini