Seperti dilansir CNN, Senin (4/12/2017), maskapai Cathay Pacific dalam statemennya menyatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan otoritas terkait, otoritas penerbangan dan sejumlah maskapai soal hal ini.
Pihak maskapai menyebut, penampakan objek diduga rudal Korut itu disaksikan oleh awak penerbangan Cathay Pacific dengan nomor 893 yang terbang dari San Francisco, Amerika Serikat (AS) menuju Hong Kong pada Rabu (29/11) lalu. Saat itu, tidak ada rencana untuk mengubah rute.
"Meskipun penerbangan jauh dari lokasi peluncuran, awak pesawat memberikan saran kepada ATC (Air Traffic Control) Jepang sesuai prosedur. Operasional tetap berjalan normal dan tidak terdampak," demikian pernyataan Cathay Pacific.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korut mengklaim sukses menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) jenis baru, Hwasong-15, pada Rabu (29/11) dini hari lalu. Rudal itu diklaim sebagai yang terbesar dan terkuat milik Korut. Korut bahkan mengklaim rudal itu mampu menjangkau seluruh wilayah AS.
Dalam pernyataannya, Korut mengklaim rudal Hwasong-15 itu mengudara setinggi 4.475 kilometer selama 53 menit sebelum jatuh di perairan dekat Jepang. Klaim Korut itu tidak berbeda jauh dengan angka-angka perkiraan Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Dengan angka itu, seperti disampaikan Menteri Pertahanan AS James Mattis, rudal Korut itu diyakini mampu mengenai target manapun di dunia ini.
Cathay Pacific menyatakan pihaknya tidak memiliki foto maupun video soal penampakan rudal itu. Diketahui bahwa banyak maskapai internasional memiliki kamera yang dipasang di bagian bawah badan pesawat, yang bisa disaksikan secara langsung oleh para penumpang di kursi masing-masing. Pihak Cathay Pacific tidak merespons saat ditanya soal hal ini.
Insiden semacam ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada 28 Juli lalu, sebuah pesawat maskapai Air France mengudara di dekat lokasi jatuhnya rudal Korut yang baru diuji coba. Pesawat itu berada di lokasi jatuhnya rudal sekitar 5 atau 10 menit sebelumnya.
Seorang pengamat keselamatan penerbangan CNN, David Soucie, menyebut kemungkinan sebuah rudal mengenai pesawat yang sedang mengudara adalah 'satu dibanding satu miliar'. Namun seorang pilot yang berbasis di Hong Kong menuturkan kepada CNN pada Agustus lalu, jika sebuah rudal balistik berada di dekat sebuah pesawat penumpang, seharusnya nyaris tidak mungkin bagi awak pesawat untuk mendeteksinya.
"Anda bahkan tidak akan tahu rudal itu mendekat," ucap pilot yang enggan disebut namanya itu.
(nvc/ita)











































