Diumumkan oleh Departemen Luar Negeri AS, seperti dilansir CNN, Jumat (3/11/2017), Tillerson akan mengunjungi langsung Naypyitaw, ibu kota Myanmar. Tillerson juga akan menyatakan dukungan AS untuk transisi demokrasi yang masih berlangsung di Myanmar.
"Bertemu para pejabat dan pemimpin senior dalam langkah untuk menanggapi krisis kemanusiaan di wilayah Rakhine," demikian pernyataan pengumuman Departemen Luar Negeri AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunjungan ke Myanmar akan dilakukan Tillerson pada 15 November mendatang, setelah dirinya selesai mendampingi Presiden AS Donald Trump dalam kunjungan kenegaraan ke kawasan Asia. Trump akan menjalani tur Asia antara 3-14 November, dengan mengunjungi Jepang, Korea Selatan (Korsel), Vietnam dan Filipina.
Dituturkan seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada CNN, Tillerson akan menggunakan kunjungannya ini untuk 'mendorong para pemimpin mewujudkan situasi di mana warga Rohingya bisa kembali ke Rakhine dengan sukarela dan dalam keadaan aman sepenuhnya'.
Beberapa waktu terakhir, Tillerson secara vokal mengecam praktik kekerasan terhadap etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine. Awal bulan ini, Tillerson menyatakan AS 'prihatin luar biasa' atas situasi di Rakhine dan mendorong pemimpin militer Myanmar untuk menahan diri.
"Hal yang paling penting bagi kita adalah dunia tidak bisa hanya terdiam dan melihat kekejaman terjadi di wilayah tersebut," ujar Tillerson saat menghadiri forum diskusi think tank di Washington DC saat itu.
Namun, beberapa pejabat AS termasuk Tillerson sejauh ini berhati-hati untuk melontarkan kecaman secara publik terhadap pemimpin sipil Myanmar yang berbagi kekuasan dengan pemimpin militer negara itu.
Lebih dari 600 ribu warga Rohingya kabur ke Bangladesh sejak akhir Agustus, saat konflik kembali pecah di Rakhine. Operasi besar-besaran yang digelar militer Myanmar memicu eksodus warga Rohingya. Komisioner HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein menyebut operasi militer Myanmar itu sebagai praktik pembersihan etnis. Departemen Luar Negeri AS masih mengkaji apakah situasi di Rakhine memenuhi definisi hukum untuk pembersihan etnis.
Dalam beberapa minggu ini, Tillerson telah berbicara via telepon dengan pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan panglima militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing untuk membahas situasi di Rakhine.
(nvc/ita)











































