Hubungan antara Myanmar dan Bangladesh yang bertetangga memburuk karena krisis Rohingya. Praktik kekerasan di Rakhine, yang diyakini didalangi militer Myanmar telah memicu eksodus lebih dari 600 ribu pengungsi Rohingya ke Bangladesh sejak akhir Agustus lalu.
Eksodus ini membuat Bangladesh yang merupakan salah satu negara termiskin di Asia, dilanda krisis kemanusiaan besar-besaran. Para pengungsi Rohingya terlalu takut untuk pulang ke Rakhine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir AFP, Rabu (25/10/2017), pembicaraan soal krisis Rohingya digelar di Naypyitaw, Myanmar, pada Selasa (24/10) waktu setempat. Usai pembicaraan itu, Kementerian Dalam Negeri Bangladesh menyatakan Myanmar setuju untuk menghentikan aliran pengungsi Rohingya dan menerima kembali seluruh pengungsi.
"Myanmar sepakat untuk menghentikan aliran terus-menerus warga Myanmar yang terpaksa mengungsi ke Bangladesh dan untuk memulihkan situasi di negara bagian Rakhine," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Bangladesh.
Namun Myanmar menawarkan komitmen yang lebih terukur, dengan menyatakan para pengungsi itu harus menjalani pemeriksaan ketat untuk membuktikan bahwa mereka benar berasal dari Rakhine.
"Kami tidak bisa mengatakan kapan kami akan menerima mereka (para pengungsi)," ucap Tin Myint dari Kementerian Dalam Negeri Myanmar kepada wartawan setempat, usai pembicaraan tersebut.
"Kami akan menerima setelah memeriksa secara ketat... Kami akan memeriksa apakah mereka sungguh tinggal di Maungdaw dan Buthidaung," imbuh Tin Myint, merujuk pada dua distrik di Rakhine yang dilanda konflik paling parah.
Pemeriksaan yang akan dilakukan otoritas Myanmar diperkirakan akan dipenuhi oleh para pengungsi Rohingya. Myanmar selama ini tidak mengakui etnis minoritas muslim Rohingya sebagai warganya.
(nvc/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini