Dilansir Reuters, Minggu (1/10/2017), ratusan orang mulai mengantre di salah satu titik TPS di sebuah sekolah. Mereka mengantre dari pukul 05.00 waktu setempat, 4 jam sebelum jadwal pembukaan TPS.
"Aku bangun pagi-pagi karena negara membutuhkanku. Kami tak tahu apa yang akan terjadi tapi kami harus berada di sini," ucap Eulalia Espinal I Tarro, seorang pensiunan berusia 65 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Presiden Regional Catalan Carles Puigdemont menegaskan para pendukungnya tidak akan tinggal diam. Mereka mengambil alih 160 sekolah untuk digunakan menjadi TPS.
Catalonia, wilayah kaya dengan penduduk 7,5 juta orang di timur laut Spanyol memiliki bahasa dan budayanya sendiri, dan menikmati otonomi tingkat tinggi, namun tidak diakui sebagai negara sendiri dalam konstitusi Spanyol.
Tekanan untuk melakukan penentuan nasib sendiri meningkat selama lima tahun terakhir namun pada pemilihan regional 2015, yang dimenangkan oleh sebuah aliansi partai pro-kemerdekaan, sekitar 40% pemilih mendukung partai-partai yang loyal kepada Spanyol.
Sejak tahun 2012, unjuk rasa besar-besaran semacam ini digelar di wilayah Catalonia setiap tahunnya, tepat saat hari nasional mereka pada 11 September. Seruan memerdekakan diri semakin menguat setelah politikus-politikus dari partai pro-kemerdekaan menguasai parlemen daerah Catalonia untuk pertama kalinya pada tahun 2015 lalu.
Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, menyatakan referendum kemerdekaan ini bertentangan dengan hukum. Mahkamah Konstitusional Spanyol telah memerintahkan referendum ini dihentikan, sementara aspek legalitasnya ditentukan. Pemimpin separatis Catalonia bersikeras akan tetap menggelar referendum pada Minggu (1/10).
Menurut perkiraan, hasil referendum akan mendukung kubu 'iya', karena lebih dari 40 persen warga Catalonia yang mendukung kemerdekaan dari Spanyol, akan menggunakan hak suaranya. Diketahui total ada 5,5 juta jiwa pemilih di Catalonia. Kendati banyak dukungan, namun perlawanan dari pemerintah pusat berarti hasil referendum kemungkinan besar tidak akan diakui.
Referendum serupa pernah digelar pada November 2014 dan hasilnya dinyatakan ilegal oleh pemerintah pusat di Madrid. Saat itu hasil referendum menunjukkan mayoritas warga Catalonia ingin berpisah dari Spanyol, namun suara mereka dinyatakan 'non-representatif'. (dhn/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini